Wednesday, April 29, 2015

Bangunlah dari Mimpimu, wahai si pemalas

BANGUNLAH DARI MIMPIMU WAHAI SI PEMALAS !!

June 14, 2013

By: UST. FIRANDA ANDIRJA حفظه الله تعالى

Al-Imam As-Syafi’i rahimahullah
berkata :

Ketinggian diraih berdasarkan ukuran kerja keras…
Barang siapa yang ingin meraih
puncak maka dia akan begadang

Barang siapa yang mengharap
ketinggian/ kemuliaan tanpa rasa letih… Maka sesungguhnya ia hanya menghabiskan usianya untuk meraih sesuatu yang mustahil…

Engkau mengharapkan kejayaan
lantas di malam hari hanya tidur aja??

Orang yang yang mencari mutiara harus menyelam di lautan…

Diantara kita ada yang berangan-angan dan berkata :

“Saya ingin bisa menjadi dermawan seperti si fulan…”,

“Saya ingin bisa menghafalkan al-Qur’an seperti si fulan…”,

“Saya ingin berilmu seperti syaikh/ustadz fulan…”,

“Saya ingin berhasil seperti si fulan…”

Akan tetapi jika hanya berkata dan berangan-angan tanpa usaha maka anak kecil berusia 3 atau 4 tahun pun bisa…, kalau hanya mimpi siapapun bisa.

Tapi yang tidak semuanya bisa adalah mewujudkan angan-angan dengan usaha maksimal serta semangat tinggi !!!

tentunya setelah disertai doa kepadaNya dan taufiq dariNya…

(Dari http://bbg-alilmu.com/archives/1943)

Musuh Islam & Pendidikan Peradaban

[ Hilman Rosyad Shihab: Silakan disimak & renungkan...

Dari milis sebelah, menarik untuk direnungkan.....

Tahun 90, usia saya masih 21, saya pernah kuliah dakwah di Ma'had AlHikmah, saat itu pendekatan dakwah para aktifis nyaris lebih banyak kpd pendekatan perlawanan konspirasi Yahudi, gerakan pemurtadan, ghozwulfikri dsbnya.

Belum lagi era Suharto ketika itu menutup mulut banyak aktifis dengan represif. Mengajipun harus sembunyi2. Suasananya terlihat tenang di permukaan namun bergejolak di bawah permukaan. Bagai api dalam sekam. Gairah muncul lebih banyak krn kemarahan bukan kecintaan.

Terbayang kah bila mulut dibungkam, sementara gairah Islam membuncah2, rasanya ingin meledak tak terbendung lagi, padahal saat itu bahkan ada pembantaian yang sama spt hari ini di Gaza, bahkan di Bosnia, Kashmir, Moro dstnya.

Di tengah gairah perlawanan itu, saya terkesan dan masih berkesan sampai hari ini, dengan pembahasan tafsir guru saya ust Hasib Hasan Lc ketika beliau membahas tafsir beberapa ayat awal Surat alBaqoroh. Kami rutin setiap pekan sekali membahas tafsir.

Ayatnya sederhana, sering kita dengar dan baca... namun maknanya ternyata mendalam

"...yukhodiunaLlah WA ladzina aamanu, wamaa yakhdauna ila anfusihim"

Mereka ingin menipu Allah dan orang2 yang beriman, dan tidaklah tipuan itu menipu kami kecuali kembali kepada diri mereka"

Ustadzuna Hasib Hasan Lc, mengatakan bahwa dalam ayat itu, Allah dan Orangberiman hanya dipisahkan oleh huruf "wa", ini menggambarkan betapa dekatnya hubungan keduanya.

Nah jika Allah dan orangberiman sangat dekat hubungannya, maka semua tipu daya siapapun akan berbalik ke diri mereka sendiri alias ga ngaruh!

Bertahun tahun kemudian, setelah Suharto lengser, Reformasi sdh berjalan 15 tahun lebih, ternyata kondisi ummat Islam masih sama saja. Musuh seolah semakin hebat, ummat semakin panik. Syiah yang sudah membagi2kan buku Khomeini dan videonya sejak tahun 80an, kini seolah muncul lagi bagai monster Godzilla yang lebih menakutkan, padahal bisa saja, bukan mereka yang membesar namun mungkin kitanya yang melemah.

Bertahun2 kemudian, saya kira ayat alBaqoroh di atas selalu relevan. Fokuslah dekat kepada Allah dalam semua aspeknya, jangan fokus pd musuhnya. Tipudaya musuh itu sungguh2 lemah.

Mengapa kita mudah panik, karena kita mungkin tidak dekat dengan Allah. Kebencian kita kpd makhluk mungkin menghalangi kedekatan kita kepada Allah

Waspada boleh, tetapi membesarkan musuh sampai keder, ya jangan, apalagi panik. Kekuasaan itu bukan di tangan rakyat dan bukan di tangan musuh, apalagi di tangan syiah tetapi di tangan Allah swt. Yakinlah. Ini yang mesti disadarkan dalam diri anak2 kita, bukan seolah2 malah membesar2kan musuh.

Jangan sampai kita sibuk membahas musuh, sementara pendidikan anak2 kita diserahkan pd lembaga, pd oranglain, pd yayasan, dsbnya dengan alasan tidak bisa mendidik sendiri.

Mengapa Mizan terlihat hebat, ya karena sejak tahun 80an mungkin belum ada penerbit Islam yang bisa sebesar Mizan, salah siapa? Kita masih sibuk mengutuki sejak tahun 80an, mereka sudah membuat banyak film, salah siapa? Kita masih menghalangi anak2 kita yang berbakat penulis, sutradara, seni teater dll, sementara kita kewalahan membendung film2 yang kita anggap bukan produk Islam.

Saya hanya mengingatkan bhw jika kebencian kita sampai menjadi obsesi dan masuk ke alam bawah sadar, ini akan terbawa ke rumah rumah kita, ke alam fikiran anak anak kita, ini lebih buruk dari Syiah itu sendiri. Itu menghambat tumbuhnya fitrah2 yg baik. Buatlah anak2 kita mencintai Allah, RasulNya dan kebenaran, maka kebathilan akan lenyap.

Mari kita fokus merawat dan menumbuhkan fitrah anak anak kita. Agar anak2 kita "sangat dekat" dengan Allah. Kedekatan tidak diukur dari jumlah ilmu agama, namun dari kecintaan dan kesadaran.

Siapapun yang fitrahnya lurus, dia dekat kepada Islam dan pasti mampu membedakan alhaq dan albathil. Seberapa hebatnya sih taqiyah dibanding kekuatan nurani yang berangkat dari fitrah keimanan yg tumbuh krn keridhaan dan kecintaan?
Siapapun yang fitrahnya menyimpang maka dia menjauh dari Islam, walau terlihat banyak amalnya.
Mari sibukkan memperbaiki internal ummat, membangun pendidikan generasi yang sesuai fitrah, maka kekuasaan akan Allah berikan dengan sendirinya.

Mari sibuk membuat pacuan kebaikan sendiri (surpetisi), bukan pacuan dengan agama lain (kompetisi). Jika dekat kpd Allah, maka kekuasaan itu otomatis diberikan kpd kaum Mukminin.

Nasehat SunZhu, kemenangan itu adalah menghantam titik lemah musuh dengan titik kekuatan kita.
Maka lontarkanlah alHaq, sehingga alBathil sirna. Maka fokuslah pd alHaq.

Salam Pendidikan Peradaban ����
#Jumadiltsani isnot April
ust Harry Santosa

Wednesday, April 1, 2015

Kisah Ysin hafidz cilik

SAAT TERLUKA, DO’A ANAK INI MEMBUAT KAMI SEMUA MENANGIS

Jum’at sore tgl 27 maret kami menyimak hafalannya, ia tengah menyetorkan juz terakhirnya. Hafalannya lancar, sangat lancar. Bagaikan air yang mengalir. Tenang dan tartil. Dan memang santri yang baru masuk ke usia 9 thn ini selalu lancar jika tasmi’.

Segenap santri, para musyrif dan peserta supermanzil yang menyimaknya larut dalam kekhusyuan. udara yang menyebar di dalam masjid begitu menenangkan. Semua hanyut dalam setiap ayat yang ia bacakan.

Teringat saat ia menjalani test penentuan ke supermanzil hasilnya mengecewakan. Ia jadi murung setelah itu, hanya keluar kamar saat menjelang adzan. Jika melihat saya maupun suami ia menghindar dan segera masuk asrama. Saat kebetulan berpapasan, kami menahannya. “ Yasin..apa yang membuat hasil test durasi kemarin tidak sukses. Padahal saat screening semua musyrif memujimu..”
“saya tegang ustadz” jawabnya lemah. Menunduk. Ia yakin tak lulus ke supermanzil. Saya melihat bekas jahitan panjang dilengannya. “Yasin…kami akan memberimu kesempatan, asal berjanji untuk berjuang habis-habisan disana”
“saya boleh ke supermanzil ustadz?” tanyanya lemah, masih menunduk. tak percaya diri.
“ya. Saya izinkan. Dengan syarat harus bekerja keras, Ok?”
“syukron ustadz” ia mencium tangan ust Irfan

Sebenarnya ditest penentuan ia gagal. Namun ust Irfan meluluskannya. karena jika ia tak lolos ke supermanzil, maka bukan hanya ia yang akan kecewa, segenap musyrifpun akan kecewa. Saya sendiripun tak rela jika ia tak lolos pada program super ini. Kami semua teringat pada sebuah kisah tentang dirinya….

Pada pertengahan September 2013, Al Hikmah Bogor menggelar Mukhoyyam Al Qur’an di Curug Naga, Megamendung, Bogor. Pagi sebelum sarapan, pd hari ketiga para santri menggelar acara badar game. Sebuah permainan perang-perangan utk melatih kemampuan strategi, kekompakan tim dan utk meningkatkan semangat jihad anak2.

Dlm permainan itu setiap anak diberi tugas oleh komandannya. Ada yg bertugas sbg spionase, ada bagian penyerangan, ada kelompok bertahan, dan ada yg bertugas sebagai pemegang bendera pasukan.

Misi kedua pasukan adalah merebut bendera musuh. Yg berhasil merebut bendera musuh berarti dia menang. Sebaliknya, yg benderanya terampas berarti kalah. Ahmad yasin yg merupakan peserta termuda ( 7 thn waktu itu) dlm game itu mendapat tugas sebagai pemegang bendera. Baru 15 menit, pasukan ahmad yasin menunjukan tanda2 kekalahan, kelompok penyerangnya berguguran, dan 10 menit kemudian hanya sedikit pasukan bertahan yg tersisa. Akibatnya, Ahmad yasin menjadi bulan-bulanan pasukan musuh. Ia dikepung dg ketat.

Singkat cerita, pd saat bendera yg dipegang Yasin direbut, anak2 – dan Yasin sendiri – tidak menyadari bahwa tiang bendera yg terbuat dr belahan bambu tersebut melukai lengan kanan Yasin. Yasin baru sadar tangannya terluka saat para perebut bendera berlalu, ia melihat darah segar membanjiri sekujur lengannya. Ia memanggil kakak seniornya“kakak saya berdarah”.

Saat para santri senior menghampiri, mereka panik krn luka yasin cukup besar, besar sekali. Bahkan tulangnya kelihatan jelas. Seorang musyrif serta merta menggendong dan berlari menuju posko. Jarak dr arena pertempuran ke posko cukup jauh, arahnya memanjak dan vertikal.

Saat dibawa kehadapan saya dan suami, yasin menangis “ Ummi..ustadz..jangan bilang ke orangtua saya. nanti mereka sedih”.
“Iya nak. Umi ga akan bilang siapa-siapa..yasin tenang saja ya nak..” saya lihat lukanya sangat besar. Tulangnya kelihatan. Putih. pangkal lengan sudah di ikat baju kaos santri. Namun darah masih mengalir begitu derasnya. Membasahi seluruh baju musyrif yang menggendongnya. Kami tak melihat yasin menangis, namun rintihannya melelehkan mata kami “Ya Alloh tolonglah…aku masih ingin menghafal….Ya Alloh tolongah..aku masih ingin menghafal.” Ia terus mengatakan itu sambil menahan pedih.

“tenang nak..Alloh akan menolongmu” kami semakin terisak. tak tahan dengan kata-katanya…semua membawa yasin ke atas. Menuju tempat parkir sambil menghiburnya, sebisa-bisanya. Setiap melihat saya, ia meminta dengan tangisan. ”umi tolong do’akan, aku masih ingin menyelesaikan hafalan qur’an”
“Ya Alloh..maafkan aku…tolonglah aku…aku masih ingin menghafa qur’an”. ia terus merintih

Yasin dibawa ke Bareskrim untuk mendapat pertolongan pertama, namun pihak bareskrim menyuruh agar Yasin segera dibawa ke Rumah sakit Ciawi yang peralatannya lebih memadai. dan disana mujahid kecil ini mendapat 14 jahitan. Luar dan dalam.

Sejak itu, putra bu Nuri ini menunaikan janjinya untuk bersungguh-sungguh menghafal Qur’an. Dan pada bulan maret ini Alloh membantunya, yasin mengkhatamkan hafalannya dalam program supermanzil.

Sore itu semua yang hadir menangis dan memeluknya, memberi penghargaan atas perjuangannya. Memberi pengakuan atas kerja kerasnya yang luar biasa. Menghafal siang malam tak kenal lelah. Demi cita-citanya…memberi mahkota pada kedua orangtuanya. semoga tekad, usaha dan kegigihannya dalam menyelesaikan hafalan Qu'an menjadi ibroh dan pemacu bagi kita-kita yang sudah dewasa.

Berbahagialah kedua orangtuanya, bunda Nuri dan Pak Rahmat. Krn anak sholeh yg begitu cinta Al-Qur’an adalah kekayaan yg tak bisa nilai dg seluruh dunia ini.

Copas dr akun FB Astri Hamidah