Friday, January 30, 2015

Memaafkan ketika Disakiti

Di saat ada orang lain yang memaki anda, biasanya anda terpancing untuk balas memakinya. Disaat anda orang yang mlengos di depan anda, andapun biasanya membalasnya dengan yang serupa atau bahkan lebih keras dari yang dia lakukan. Di saat anda orang yang memusuhi anda, menjelek-jelekkan anda, biasanya anda tergoda untuk melakukan hal yang serupa atau bahkan lebih.

Namun pernahkan terbetik di hati anda rasa iba kepada orang yang berbuat jahat kepada anda tersebut? Pernahkah anda berkeinginan untuk memberinya hadiah krn dia telah menghina, memaki, memusuhi anda?

Alih-alih hadiah, sekedar mengucapkan salam ketika berjumpa dengannya, atau mungkin berkunjung ke rumahnya saja mungkin terlalu berat untuk anda lakukan. Karena itu wajar bila kondisi buruk ini terus berkepanjangan bahwa terwariskan kepada anak cucu kita.

Saudaraku, simaklah kiat manjur berikut agar kondisi negatif di atas dapat berubah menjadi positif secepatnya.

وَلَا تَسْتَوِي الْحَسَنَةُ وَلَا السَّيِّئَةُ ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ

“Tentu tidaklah sama antara kebajikan dengan kejahatan. Balaslah dengan cara- cara yang lebih baik, niscaya dalam sekejap antara dirimu dan orang yang memusuhimu akan terjalin hubungan baik, seakan-akan dia adalah pembelamu yang paling setia” (QS. Fusshilat: 34).

Memang terasa berat, dimusuhi malah memaafkan bahkan memberinya hadiah. Di plengosi malah tersenyum dan mengucapkan salam kepadanya. Namun percayalah bahwa sejatinya itu tidaklah sulit bila kita memiliki jiwa yang besar hati yang lebar. Adanya rasa berat, sejatinya adalah bukti betapa kerdilnya jiwa kita. Karena itu setelah ayat di atas Allah berfirman :

وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا الَّذِينَ صَبَرُوا وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا ذُو حَظٍّ عَظِيمٍ

“Sikap itu tidaklah dikaruniakan kecuali kepada orang-orang yang bersabar dan tidaklah dikaruniakan kecuali kepada orang- orang yang dapat keberuntungan besar” ( QS. Fusshilat: 35).

Marilah kita belajar menjadi orang-orang yang berjiwa besar, walau tubuh kita kecil, agar kita beruntung besar.

Penulis: Ustadz DR. Muhammad Arifin Baderi, Lc., MA.

Artikel Muslim.Or.Id

Tuesday, January 20, 2015

Isi Hati dan Baik Sangka

(1) Kita tidak bisa membaca hati manusia, apalagi hanya dari dunia maya.

(2) Belum tentu orang yang menuliskan rutinitas amalnya adalah riya’. Bisa jadi ia berniat menyemangati kawannya.

(3) Belum tentu orang yang mengabarkan rizqi yang diterimanya adalah berbangga-bangga dengan harta. Bisa jadi, ia ingin mensyiarkan syukur atas karunia-Nya.

(4) Isi hati adalah misteri, maka baik sangka lebih terpuji.

(5) Mereka yang menuliskan pengalamannya di socialmedia, belum tentu ingin menjadi selebritis dunia maya. Bisa jadi ada inspirasi yang hendak dibagikannya.

(6) Mereka yang mengabarkan sedang mengisi kultum entah di mana, belum tentu ingin dipuji amal dakwahnya. Bisa jadi ia ingin memberi harapan pada rekannya, bahwa di sana dakwah masih menyala.

(7) Isi hati adalah misteri, maka baik sangka lebih terpuji.

(8) Mereka yang menyampaikan secuplik ilmu yang diketahuinya, belum tentu ingin diakui banyak ilmunya. Bisa jadi ia terpanggil untuk menyampaikan sedikit yang ia punya.

(9) Mereka yang gemar mengkritisi kekeliruan yang dilihatnya, belum tentu merasa dirinya paling benar sedunia. Bisa jadi, itu karena ia sungguh mencintai saudaranya.

(10) Isi hati adalah misteri, maka baik sangka lebih terpuji.

(11) Mereka yang gemar menuliskan apapun yang dipikirkannya, belum tentu ingin diakui sebagai perenung berwibawa. Bisa jadi, ia adalah pelupa, dan mudah ingat dengan membagikannya.

(12) Mereka yang selalu merespon apa yang dilihatnya, belum tentu ingin eksis di dunia maya. Bisa jadi ia memang senang berbagi yang dia punya.

(13) Isi hati adalah misteri, maka baik sangka lebih terpuji.

(14) Tapi baik sangka, tak berarti membiarkan kawan-kawan melakukan sesuatu yang nampak keliru di mata kita.

(15) Baik sangka, harus disertai dengan saling mengingatkan agar tidak tergelincir niatnya, agar tidak terhapus pahala amalnya.

(16) Isi hati adalah misteri. Namun apa yang nampak keliru di mata kita, di situlah tugas kita untuk meluruskannya. Sebab kita saudara.

(17) Baik sangka itu menentramkan. Namun, saling mengingatkan juga merupakan kebutuhan.

(18) Baik sangka itu indah, tapi bukan berarti membiarkan saudara terlihat salah.

(19) Baik sangka, dan nasihat-nasihati adalah kewajiban sesama muslim.

(20) Semoga kita bisa senantiasa belajar bersama. Salam ukhuwah islamiyah

#repost

Monday, January 19, 2015

Berjuang dalam Kebaikan


Berjuang dalam jamaah kebaikan itu menyenangkan apalagi didalamnya ada ruh-ruh kebaikan yang memompanya disetiap penjuru.

Namun dari semangat-semangat kebaikan yang kita tebarkan itu, perlu kita waspadai ada virus-virus yang menyusup dalam amal sholeh kita.
Ya virus itu adalah niat kita, ya niat kita ... !!!

Saudaraku ...
kita berjuang bukan ingin dipuji dan disanjung bak pahlawan yang namanya harum tercetak dalam sejarah. Karena jika niat kita sudah melenceng maka sejatinya kita sedang mengumpulkan bahan bakar kita sendiri. Naudzubillah..

kita berjuang bukan hanya sekedar ingin memperbaiki akhlak atau memiliki peran kebaikan dalam sebuah negara, melainkan kita ingin berjuang untuk kebenaran Islam yang haq dan perjuangan itu menjadi jembatan syurga yang kita impikan.

Biarlah sebagian mereka melemparkan cacian dan hujatan diatas kebenaran yang menjadi pilihanmu,
Tangkaplah cacian dan hujatan itu menjadi kumpulan puing-puing yang mampu meringankan timbangan dosa- dosa kita.

Tetaplah berjuang dijalan Allah dengan jamaah ini dan pastikan bahwa kita berjuang karena Allah agar amal sholeh kita tidak sia-sia..

Wallahu a'lam bishowab.

Akso Diana - Div. Training Motivasi ODOJ

Thursday, January 15, 2015

Satu jam saja

   1 jam saja ✽«̶⌣ 
       ~~~~~~~~~~~~
• Seorang anak bertanya pada ibunya : "Bu, apakah kita bisa hidup tanpa berbuat salah 'Selama Hidup' kita?" 
» Ibunya menjawab, 
"Ya tidak bisa, Nak." 

• Sang anak bertanya lagi, 
"Apa kita bisa hidup tanpa berbuat salah dalam 'Setahun'?" 
». Sambil tersenyum, ibunya menggelengkan kepala seraya berkata, 
"Tidak bisa juga, Nak." 

• Anak pun masih bertanya kembali, 
"Apa kita bisa hidup dalam '1 Bulan' tanpa melakukan kesalahan?" 
»  Ibunya tertawa sambil menjawab, 
"Tak bisa juga, Nak." 

• Anaknya masih ingin bertanya lagi, 
"Ini yang terakhir, Ibu. Apakah kita bisa hidup tanpa berbuat salah 'Dalam 1 jam'?" 
» Akhirnya ibunya mengangguk dan berkata, 
"Kemungkinan bisa, Nak." 

Sang anak langsung berkata, 
"Jika begitu, aku akan belajar 
     ~~~~~~~~~~~~~
          'Hidup Benar' 
       dari Jam ke Jam." 
     ~~~~~~~~~~~~~
. Dari latihan yang 'Kecil & Sederhana', akan menjadi 'Terbiasa'. 
. Apa yang sudah 'Terbiasa', akan menjadi 'Sifat'. 
. 'Sifat' akan menjadi 'Karakter'.
. Maka kita akan tampil sebagai pribadi yang punya 'Karakter'.

• Hiduplah 1 jam TANPA : 
- Marah - Hati Jahat - Pikiran Negatif - Menjelekkan Orang lain - Serakah - Benci - Sombong - Egois - Iri Hati 

• Hiduplah 1 jam DENGAN : 
- Kasih - Sukacita - Damai - Sabar - Lemah Lembut - Murah Hati - Rendah Hati - Pengendalian Diri 

• Ulangilah selama 1 jam berikutnya, dan 1 jam seterusnya.... Setiap Hari!

        Selamat Mencoba! 
     ~~~~~~~~~~~~~~~~
       Mulailah dari 1 jam !
     ~~~~~~~~~~~~~~~~
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~