Friday, November 13, 2015

Aku Belajar....

- AKU BELAJAR   ​

Aku belajar lebih banyak diam dari pd lbh banyak bicara...  

Aku belajar bersabar
dari sebuah kemarahan...  

Aku belajar mengalah
dari sebuah keegoisan...  

Aku belajar tersenyum
dari suatu kesedihan....  

Aku belajar tegar
dari suatu kehilangan...   

Hidup adalah BELAJAR.....   
Belajar bersyukur meski tak puas...  
Belajar ikhlas meski tak rela....  
Belajar taat meski berat...  
Belajar memahami meski tak sehati...  
Belajar sabar meski terbebani...  
Belajar memberi meski tak seberapa...  
Belajar mengasihi meski tersakiti....  
Belajar tenang meski gelisah....  
Belajar percaya meski susah....  
Belajar tabah meski cobaan menerpa... 

​Aku belajar.... 
bahwa tidak selamanya hidup ini indah, 
kadang...
ALLAH menyapaku melalui derita.
Tetapi aku tahu, bahwa IA
tidak pernah meninggalkanku,
sebab itu...
aku belajar menikmati hidup
dengan bersyukur.    

Aku belajar.... 
bahwa tidak semua yang aku harapkan
akan menjadi kenyataan, 
kadang...
ALLAH membelokkan rencanaku.  
Tetapi aku tahu bahwa itu lebih baik
dari yang kurencanakan, 
sebab itu...
aku belajar menerima semua itu
dengan sukacita.    

Aku belajar.... 
bahwa cobaan itu pasti datang
dalam hidupku.
Aku tak mau dipengaruhi setan
utk marah dan emosi,
aku tak mau menyalahkan orang lain, 
Juga tidak mungkin berkata
"tidak adil ALLAH".  
Karena aku tahu bahwa semua itu
tidak akan melampaui kekuatanku, 
sebab itu aku belajar menghadapinya
dengan sabar.    

Aku belajar.... 
bahwa tidak ada kejadian
yang harus disesali & ditangisi,
karena....
semua rancanganNYA indah bagiku.  

Maka dari itu..
aku belajar bersabar,
bersyukur & bersukacita
dalam segala perkara.  
Karena semua itu menyehatkan jiwa
dan menyegarkan hidupku...    

Saudaraku...

• Ketika "Kaki"
Sudah tak kuat berdiri...
"BERSIMPUHLAH".  
 
• Ketika "Tangan"
sudah tak kuat menggenggam...
"LIPATLAH"  
 
• Ketika "Kepala"
sudah tak kuat ditegakkan...
"MENUNDUKLAH"  
 
• Ketika "Hati"
sudah tak kuat menahan kesedihan...
"MENANGISLAH.    

• Ketika "Hidup"
sudah tak mampu untuk dihadapi...
"BERDOALAH"    

ALLAH selalu setia bersama kita...  
dan apa saja yang kamu minta
dalam DOA dengan penuh keyakinan,
pasti Ia akan menerimanya...    

ALLAH mendengar
Lebih dari yang kau katakan...  

ALLAH menjawab
Lebih dari yang kau minta...  

ALLAH memberi
Lebih dari yg kau inginkan...    

Karena...
di belakangmu ada kekuatan  
yang tak terhingga... 

di hadapanmu ada kemungkinan
tanpa batas... 

di sekitarmu ada kesempatan
yang tiada akhir...

Lebih dari itu, di atasmu ada ALLAH
yang selalu menyertaimu... 

❤❤ Ingatlah saudara-ku tercinta...
Cinta  ALLAH padamu abadi,
seperti lingkaran,
tak berawal & tak berakhir... ❤��

Tuesday, November 3, 2015

Pesan Luqman (Sekedar Saja)

KETIKA menghadapi saat-saat terakhir kehidupannya, Lukman al-Hakim berkata pada anaknya. “Wahai anakku, telah banyak nasihat yang aku berikan kepadamu. Dan, kini tiba saatnya aku sampai ke penghujung nasihat itu, yaitu tentang enam hal….”

“Pertama, janganlah engkau menyibukkan dirimu kecuali sesuai kadar sisa usiamu.

Kedua, sembahlah Allah sesuai kadar kebutuhanmu pada-Nya.

Ketiga, beramal-lah untuk akhirat sesuai kadar kedudukan apa yang kaubutuhkan di sana.

Keempat, hendaknya kesibukanmu itu seputar bagaimana melepaskan dirimu dari pedihnya azab neraka yang belum pasti engkau nanti akan selamat atau tidak darinya.

Kelima, hendaknya kelancanganmu pada perbuatan maksiat sesuai kadar kesanggupanmu merasakan azab Allah.

Keenam, bila engkau ingin melakukan maksiat/dosa, maka carilah tempat yang tidak bisa dilihat oleh Allah dan malaikat-Nya.”

Maasyaa Allah, betapa menghujam rangkaian nasihat seorang ayah pada anaknya ini. Petuah yang membuat siapapun yang menyimak akan berpikir dalam-dalam lalu bertindak lebih hati-hati.

Ia tidak sekedar berisi anjuran atau larangan, namun terkandung banyak ajakan mengintrospeksi diri.

Setidaknya, beberapa pertanyaan sebagai bahan muhasabah di bawah ini adalah hasil interpretasi saya tehadap enam wasiat Lukman, sang ahli hikmah:
��Sudahkah engkau mengoptimalkan waktu yang kau miliki untuk sesuatu yang bermanfaat?
��Apakah kesibukanmu selama ini hanya terkuras untuk urusan dunia?
��Kapan saja engkau membutuhkan Allah? Tidakkah setiap saat?
��Seberapa besar keinginanmu untuk menikmati kebahagiaan yang kekal di surga?
��Siapkah dirimu menanggung balasan di dunia dan di akhirat atas perbuatan maksiat?
��Dapatkah engkau mencari tempat yang aman dari penglihatan Allah ketika berbuat dosa?
Ya, Allah…
InnaKa ‘aliimum bidzaati ash-shuduu
Selamat beraktifitas

Saturday, September 19, 2015

Bila hari ini...

Bila hari ini belum dapat memberi kebahagiaan
pada sesama , usahakan hari ini tidak menyakiti orang lain.

Bila hari ini belum dapat melakukan amal sholeh, usahakan hari ini tidak melakukan dosa

Bila hari ini belum dapat berakhlak mulia, usahakan hari ini tidak menyimpan hati buruk pada sesama.

Bila hari ini belum dapat menghargai orang lain, usahakan hari ini tidak memberi nilai berlebih pada diri sendiri.

Bila hari ini belum dapat memberi manfaat, usahakan hari ini tidak memberi madhorot bagi sesama.

Bila hari ini belum dapat menciptakan suasana yang menyenangkan bagi orang lain, usahakan hari ini tidak melakukan kemarahan dan kebencian pada sesama.

Bila hari ini belum dapat mengingat kebaikan orang, usahakan hari ini dapat melupakan keburukan orang lain.

Bila hari ini belum dapat beramal dengan ikhlas, usahakan hari ini dapat membebaskan diri dari pujian orang lain.     ......

Monday, September 14, 2015

Banyak Orang...

��SEMANGAT PAGI��

❤Kesulitan hidup yg kita hadapi jangan menjadikan kita patah semangat.
Justru dari kesulitan itu menjadikan diri kita kuat untuk menggapai sebuah kesuksesan.
❤Banyak org yg ingin dirinya sekuat baja tapi ia enggan ditempa
❤Banyak org yg ingin dirinya seharum dupa tapi ia enggan dibakar.
❤Banyak org yg ingin dirinya secemerlang emas tapi ia enggan dilebur.
❤Banyak org yg ingin dirinya berguna tapi ia enggan memberi.

❤Kalau saat ini ibarat kita sedang ditempa, dibakar, dilebur dalam dapur kesulitan itu artinya kita sedang diarahkan pada sebuah kekuatan, keharuman, kebijakan dan kemuliaan.

��Selamat beraktifitas saudari2ku.
Semoga Allah selalu memberikan kemudahan dan kesuksesan dlm setiap langkah kita.
Aamiin....

Tuesday, September 8, 2015

Ksatria Fajar

KSATRIA FAJAR…

September 5, 2015

Ustadz Aan Chandra Thalib, حفظه الله تعالى

Sahabat fillah…
Ujung malam dan waktu subuh menyimpan banyak rahasia. Keseriusan salaf dalam menjaga waktu pagi menunjukkan banyaknya makna positif yang menyertai datangnya waktu penuh berkah itu. Tak heran bila mereka menahan diri untuk terus terjaga hingga mentari terbit.

Saat Allah hendak meneguhkan Rasul-Nya, Dia memerintahkan Rasul-Nya agar menyabarkan diri bersama orang-orang yang menyeru-Nya di waktu pagi dan petang.

Allah berfirman:

“Dan sebarkanlah dirimu bersama orang-orang yang menyeru Rabb mereka pada waktu pagi dan petang untuk mengharapkan keridhaan-Nya” (Qs. Al-Kahfi: 28).

Selain menyinggung keutamaan waktu pagi, ayat ini juga memberi isyarat, bahwa sabar tak berarti diam tanpa berbuat, sabar juga tak berarti pergi dan menjauh. Tapi sabar adalah pilihan hati, sebagai respon terhadap perubahan yang menghentak jiwa, yang menuntun hati untuk terus bertahan diatas pilihan tersebut.

Sahabat fillah…
Kita mungkin pernah membaca hadits yang mengabarkan bahwa waktu shubuh adalah masa pergantian tugas antara malaikat siang dan malam. Maka alangkah indahnya bila saat-saat pergantian tugas itu, kita sedang larut dalam ibadah kepada Allah, baik dalam dzikir, baca Qur’an atau sedekah.

Atau mungkin kita pernah membaca riwayat yang mengisahkan bagaimana Rasulullah membangunkan keluarganya di dua pertiga malam yang terakhir. Atau tentang hadits anjuran memercikkan air ke wajah istri/suami agar bangun malam serta anjuran melaksanakan sholat subuh secara berjamaah dan lain-lain. Semua itu menunjukkan betapa berharganya waktu subuh, betapa pentingnya memulai aktifitas di awal pagi, karena dibalik heningnya pagi, ada banyak keberkahan yang bisa kita raih. Keberkahan yang terangkum dalam do’a Rasulullah yang berbunyi:

اللَّهُمَّ بَارِكْ لأُمَّتِى فِى بُكُورِهَا

“Ya Allah, berkahilah umatku di waktu paginya.”

Aisyah radhiallahu anhu berkata, “Rasulullah bersabda, “Berpagi-pagilah dalam mencari rezeki, karena sesungguhnya berpagi-pagi itu membawa berkah dan mengantarkan pada kemenangan.”

Itulah rahasia mengapa penaklukan dalam islam dilakukan di waktu pagi. Bahkan hijarah sang rasul di lakukan dipagi hari.

Fatimah -radhiyallahu anha-, putri kesayangan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengisahkan bahwa “Ayahku pernah lewat di sampingku saat aku sedang berbaring di waktu pagi. Lalu beliau menggerakkan badanku dengan kakinya dan berkata, “Wahai anakku, bangunlah, saksikan/sambutlah rezeki Tuhanmu dan janganlah kamu termasuk orang yang lalai, karena Allah membagikan rezeki kepada hamba-Nya, antara terbit fajar dan terbit matahari.” (HR Ahmad dan Baihaqi)
Luqman Al-Hakim pernah berwasiat kepada anaknya.
“Jangan sampai ayam jantan lebih cerdas dari dirimu. Ia berkokok sebelum fajar, sementara kamu masih mendengkur tidur hingga matahari terbit.”

Sahabat fillah. ..
Sungguh malam yang hening berbalut sunyi, ditambah indahnya pesona subuh adalah ghanimah bagi orang-orang sholeh. Keberkahan itu akan semakin semarak saat kita dapat berbagi dengan orang-orang papah yang tak mampu.

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

مَا مِنْ يَوْمٍ يُصْبِحُ الْعِبَادُ فِيْهِ إِلاَّ مَلَكَانِ يَنْزِلاَنِ فَيَقُوْلُ أَحَدُهُمَا: اَللَّهُمَّ أَعْطِ مُنْفِقًا خَلَفًا. وَيَقُوْلُ اْلآخَرُ: اَللَّهُمَّ أَعْطِ مُمْسِكًا تَلَفًا.

“Tidak ada satu hari pun dimana seorang hamba memasuki pagi harinya melainkan ada dua Malaikat turun kepadanya, salah satu di antara keduanya berdo’a: ‘Ya Allah, berilah ganti bagi orang yang berinfak. Dan yang lainnya berdo’a: ‘’Ya Allah, hancurkanlah (harta) org yg kikir.” (HR. Bukhari Muslim)

Tapi sangat disayangkan, banyak diantara kaum muslimin yang melalaikan ghanimah ini. Tak sedikit yang memilih tidur selepas subuh, atau bahkan melewatkan sholat subuh begitu saja. Padahal manusia terbaik dan generasi terbaik telah mencontohkan bagaimana semestinya kita menyambut pagi.

Simak penuturan tabi’in yang mulia Simaak bin Harb- rahimahullah-, dia pernah bertanya kepada Jabir bin Samuroh -radhiallahu anhu-

أَكُنْتَ تُجَالِسُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-

“Apakah engkau sering duduk menemani Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam?”

Jabir menjawab,

نَعَمْ كَثِيرًا كَانَ لاَ يَقُومُ مِنْ مُصَلاَّهُ الَّذِى يُصَلِّى فِيهِ الصُّبْحَ أَوِ الْغَدَاةَ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ فَإِذَا طَلَعَتِ الشَّمْسُ قَامَ وَكَانُوا يَتَحَدَّثُونَ فَيَأْخُذُونَ فِى أَمْرِ الْجَاهِلِيَّةِ فَيَضْحَكُونَ وَيَتَبَسَّمُ.

“Iya. Beliau shallallahu alaihi wa sallam biasanya tidak beranjak dari tempat duduknya setelah shalat shubuh hingga terbit matahari. Apabila matahari terbit, beliau shallallahu alaihi wasallam berdiri (meninggalkan tempat shalat). Dahulu para sahabat suka guyon mengenai perkara jahiliyah, lalu mereka tertawa. Sementara beliau shallallahu alaihi wa sallam hanya tersenyum saja.” (HR. Muslim)

Begitulah Rasulullah. .. pribadi yang selalu terjaga dari ujung malam hingga mentari menyingsing menyemburat diujung ufuk. Kebiasaan sang guru itu kemudian mengilhami murid sekaligus sahabatnya yang mulia, Abdullah bin Mas’ud -radhiallahu anhu-. Dengarkan penuturan Abu Wa’il -rahimahullah-, dia mengisahkan bahwa “Di suatu pagi kami datang menemui Abdullah bin Mas’ud setelah melaksanakan shalat shubuh. Kami mengucapkan salam di depan pintu. Lalu kami diizinkan masuk. Akan tetapi kami berhenti sejenak di depan pintu. Keluarlah budaknya sembari berkata, “Mari silakan masuk.” Kemudian kami masuk sedangkan Ibnu Mas’ud sedang duduk berdzikir.

Ibnu Mas’ud bertanya, “Apa yang menghalangi kalian padahal aku telah mengizinkan kalian untuk masuk?”

Lalu kami menjawab, “Tidak ada, kami hanya mengira bahwa sebagian anggota keluargamu sedang tidur.”

Ibnu Mas’ud lantas menimpali, “Apakah kalian mengira bahwa keluargaku telah lalai?”
Kemudian Ibnu Mas’ud melanjutkan dzikirnya hingga dia mengira bahwa matahari telah terbit. Kemudian beliau memanggil budaknya dan bertanya, “Wahai budakku, lihatlah apakah matahari telah terbit.” Si budak tadi kemudian melihat ke luar. Jika matahari belum terbit, beliau kembali melanjutkan dzikirnya. Hingga beliau mengira lagi bahwa matahari telah terbit, beliau kembali memanggil budaknya sembari berkata, “Lihatlah apakah matahari telah terbit.” Kemudian budak tadi melihat ke luar. Jika matahari telah terbit, beliau mengatakan,

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِى أَقَالَنَا يَوْمَنَا هَذَا

“Segala puji bagi Allah yang telah menolong kami hingga dapat berdzikir dipagi hari ini.” (HR. Muslim)

Sekarang mari kita melompati masa untuk melihat sisi ruhiyah seorang pembaharu islam di abad ke 7 hijrah. Dialah Ibnu Taimiyah, seorang ulama muslim yang juga di kenal sebagai ahli ibadah. Disela-sela penjelasannya mengenai pengaruh dzikir terhadap kekuatan hati dan ruh, Ibnul Qayyim Al Jauziyah yang tak lain adalah muridnya mengisahkan“ Suatu hari Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah melaksanakan shalat shubuh, kemudian beliau duduk sambil berdzikir kepada Allah azza wa jalla hingga mendekati pertengahan siang. Setelah itu dia berpaling padaku dan berkata, ‘Ini adalah kebiasaanku di pagi hari. Jika aku tidak melakukan ini, hilanglah kekuatanku” (Al Wabil As-Shayyib)

Saudaraku. ..
Lalu dimanakah kini mereka yang tersungkur di malam hari dalam do’a..?
Kemana panah-panah malam yang melesat bersama do’a itu..?
Ataukah kini mereka mendengkur dalam tidur. ?
Dimanakah kini kesatria-kesatria fajar itu..?
Bila dahulu Ibnu Jarir menuangkan ide-idenya dalam 40 lembar kertas diawal pagi, lalu dimanakah engkau wahai penuntut ilmu saat pagi menyongsong.?

Semoga Allah memberkati pagi kita.

(Dari http://bbg-alilmu.com/archives/14270)

Saturday, September 5, 2015

BELAJAR DARI KATA-KATA HIKMAH IMAM AS-SYAFIE

"Bila kamu tak tahan penatnya belajar, maka kamu akan menanggung perihnya kebodohan."
- (Imam asSyafie)

"Orang yang berilmu dan beradab, tidak akan diam di kampung halaman. Tinggalkan negerimu, merantaulah ke negeri orang"
- (Imam asSyafie)

"Jangan cintai orang yang tidak m'cintai Allah. Kalau Allah saja ia tinggalkan, apalagi kamu"
- (Imam asSyafie)

"Barangsiapa yang menginginkan Husnul Khatimah, hendaklah ia selalu bersangka baik dengan manusia".
- (Imam Syafie)

"Doa di saat tahajud  adalah umpama panah yang tepat mengenai sasaran."
- (Imam Syafie)

"Ilmu itu bukan yang dihafal tetapi yang memberi manfaat.”
- (Imam assyafei)

"Siapa yang menasihatimu secara sembunyi-sembunyi maka ia benar-benar menasihatimu. Siapa yang menasihatimu di khalayak ramai, dia sebenarnya menghinamu''
- (Imam asSyafie)

"Berapa banyak manusia yang masih hidup dalam kelalaian, sedangkan kain kafannya sedang ditenun".
- (Imam asSyafie)l

"Jadikan akherat di hatimu, dunia di tanganmu, dan kematian di pelupuk  matamu"
- (Imam asSyafie)

Monday, August 24, 2015

Kisah Landak, Nasihat yang Sangat Berkesan

Sesama Hewan Landak tidak mungkin saling merapat satu dengan lainnya.
Duri duri tajam yg mengitari tubuhnya adalah penghalang utama mereka untuk melakukan hal di atas. Bahkan kepada anak kandungnya sendiri....

Ketika musim dingin tiba, membawa hembusan badai salju susul menyusul, serta cuaca dingin yg menggigit tulang, dalam kondisi kritis seperti ini, para landak itu terpaksa saling merapat satu dengan lainnya, demi menghangatkan tubuh2 nya meski mereka harus berjuang menahan perih dan sakitnya duri2 landak lain yg menusuk, melukai kulit2 mereka.

Jika sekawanan landak itu telah merasakan sedikit kehangatan, segera saja mereka saling menjauh, namun jika rasa dingin kembali merasuk ke dalam tubuh mereka, mereka akan segera merapat lagi... dan demikianlah seterusnya.
sepanjang malam, landak2 itu disibukan oleh kegiatan saling menjauh dan saling mendekat.

Merapat terlalu lama akan menimpakan atas mereka benyak luka. Sementara jika mereka saling menjauh dalam waktu yg lama justru bisa saja rasa dingin menewaskan mereka.

Demikianlah keadaan kita manusia dalam hubungan interaksi sosial antara sesama kita dalam hidup ini, tentu tak seorang manusiapun terbebas dari duri2 (kesalahan2) yg mengitari dirinya, demikian halnya org lain...

Tentu mereka sama sekali tidak akan dapat merasakan kehangatan jika mereka tidak rela bersabar menanggung perihnya duri2 (kesalahan) org lain pada saat saling merapat.

Oleh karena itulah:

Siapa saja yg hendak mencari sahabat tanpa kesalahan, niscaya ia akan hidup sebatang kara.

Dan barang siapa yg ingin mencari pendamping hidup sempurna tanpa kekurangan, niscaya ia akan hidup membujang.

Dan barang siapa yg berusaha mencari saudara tanpa problema, niscaya ia akan hidup dalam pencarian yg tiada akhirnya.

Barang siapa yg hendak mencari kerabat yg ideal dan sempurna, niscaya ia akan lalui seluruh hidupnya dalam permusuhan.

Maka, bersabarlah menanggung perihnya kesalahan orang lain, agar kita dapat mengembalikan keseimbangan dalam hidup ini.

Camkanlah ....jika engkau ingin hidup bahagia, jangan menafsirkan segala sesuatu dari sudut pandang yg negatip.

Sebab jika seseorang jeli meneliti asal usul berlian, ia akan mendapti ternyata berlian itu bermula dari bongkahan batu hitam.

Friday, May 22, 2015

Amalan-Amalan Penghapus Dosa http://hikmahicha.blogspot.com/2015/05/amalan-amalan-penghapus-dosa.html

Amalan-Amalan Penghapus Dosa

AMALAN - AMALAN  PENGHAPUS  DOSA

Amalan-amalan yang bisa mendatangkan banyak pahala dan menghapuskan dosa tersebut adalah sebagaimana berikut:

1. Bertaubat,

Dalilnya adalah hadits Nabi saw: “Barangsiapa yang bertaubat sebelum matahari terbit dari arah barat, maka Allah masih berkenan menerimanya“ (HR. Muslim)

2. Keluar untuk menuntut ilmu,

Dalilnya adalah hadits Nabi saw: “Barangsiapa yang meniti jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju ke surga”. (HR. Muslim)

3. Berdzikir,

Dalilnya adalah hadits Nabi saw: “Maukah kalian aku beritahu dengan amal perbuatan terbaik, paling terbersih disisi Tuhanmu, paling tinggi untuk kedudukanmu, jauh lebih baik dibanding sedekah emas dan perak bagimu dan daripada kalian bertemu musuhmu lalu bertempur dengan mereka? Mereka menjawab: Mau, ya Rasul. Beliau bersabda: “Dzikir kepada Allah”.(HR. Tirmidzi)

4. Berbuat kebajikan dan menunjukkan seseorang ke arah yang baik,

Dalilnya adalah hadits Nabi saw: “Setiap perbuatan kebajikan adalah sedekah, sedangkan orang yang menuntun ke arah yang baik (akan memperoleh pahala) seperti orang yang melakukannya” (HR. Bukhari dan Muslim)

5. Berdakwah kepada Islam,

Dalilnya adalah hadits Nabi saw “Barangsiapa yang berdakwah mengajak kepada petunjuk yang baik dalam agama Islam, maka dia mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengikutinya tanpa berkurang sedikitpun” (HR. Muslim)

6. Melakukan amar makruf nahi munkar,

Dalilnya adalah hadits Nabi saw: “Barangsiapa yang melihat suatu kemungkaran, hendaknya dia mengubahnya dengan tangan (kekuasaan) nya, jika tidak kuasa maka dengan lisan (nasehat) nya, bila tidak mampu maka dengan hatinya dan yang demikian ini adalah bentuk iman yang paling lemah” (HR. Muslim)

7. Membaca Al-Qur’an,

Dalilnya adalah hadits Nabi saw: “Bacalah Al-Qur’an, karena sesungguhnya dia akan datang pada hari kiamat memberikan syafaat bagi para pembacanya” (HR Muslim)

8. Mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya,

Dalilnya adalah hadits Nabi saw: “Sebaik-baik kalian ialah orang yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya” (HR. Bukhari)

9. Menebarkan salam,

Dalilnya adalah hadits Nabi saw: “Kalian tidak masuk surga hingga beriman, kalian tidak beriman hingga saling mencintai. Sukakah kalian aku tunjukkan sesuatu jika kalian lakukan niscaya menimbulkan rasa saling menyayangi? Tebarkan salam diantara kalian” (HR. Muslim)

10. Saling mencintai karena Allah,

Dalilnya adalah hadits Nabi saw: “Sesungguhnya Allah berfirman pada hari kiamat: “Mana orang-orang yang saling mencinta karena kebesaranKu. Sekarang akan Aku  beri naungan dibawah naunganKu pada hari yang tidak ada naungan kecuali milikKu”(HR.Muslim)

11. Mengunjungi orang sakit,

Dalilnya adalah hadits Nabi saw: “Tiada seorang muslimpun yang mengunjungi kawannya yang sakit pada pagi hari kecuali didoakan oleh 70.000 malaikat hingga sore hari. Jika mengunjunginya pada sore hari maka didoakan oleh 70.000 malaikat hingga pagi hari, dan baginya halaman luas di Surga”(HR. Tirmidzi)

12. Menolong orang yang sedang susah,

Dalilnya adalah hadits Nabi saw: ”Barangsiapa yang membantu temannya yang sedang susah, maka Allah akan memudahkannya di dunia dan akherat” (HR. Muslim)

13. Menutupi aib kawannya,

Dalilnya adalah hadits Nabi saw: “Tiada seorang yang menutupi aib temannya kecuali Allah akan menutupi segala aibnya pada hari kiamat” (HR Muslim)

14. Silatur rahim (menyambung tali keluarga),

Dalilnya adalah hadits Nabi saw: “Rahim itu tergantung di Arsy dan berkata: Barangsiapa yang menyambungku pasti Allah menyambungnya, barangsiapa yang memutusku maka Allah akan memutus dirinya” (HR Bukhari dan Muslim)

15. Berakhlak terpuji,

Berdasarkan hadits Nabi saw saat ditanya tentang sesuatu yang banyak memasukkan manusia ke surga, beliau menjawab: “Bertakwa kepada Allah dan berakhlak mulia” (HR. Tirmidzi)

16. Bersikap jujur,

Dalilnya adalah hadits Nabi saw: “Kalian wajib berlaku jujur, karena jujur menuntun ke arah kebaikan, sedangkan kebaikan menuntut ke surga " (HR.Bukhari dan Muslim)

17. Menahan marah,

Dalilnya adalah hadits Nabi saw: “Barangsiapa yang mampu menahan marahnya padahal dia sangat mampu untuk itu, maka Allah akan mengundangnya –di antara makhluk ciptaanNya- pada hari kiamat hingga dia memilih bidadari yang dia sukai.” (HR. Tirmidzi)

18. Membaca do’a penghapus dosa dalam majlis,

Dalilnya adalah hadits Nabi saw: “Barangsiapa yang duduk di suatu majlis banyak melakukan kesalahan dalam ucapannya lalu sebelum berdiri dia mengucapkan:

"Subhanaka Allahumma wa bihamdika, asyhadu anlaa ilaaha illaa 'anta astgahfiruka wa atuubu ilaik."

niscaya diampuni kesalahan-kesalahannya yang terjadi di majlis tersebut” (HR. Tirmidzi)

19. Bersikap sabar,

Dalilnya adalah hadits Nabi saw: “Tiada seorang muslimpun yang ditimpa kepayahan, rasa sakit, kesusahan, penyakit dan kesedihan hingga terkena duri kecuali Allah menghapus kesalahan-kesalahannya dengan hal-hal tersebut” (HR. Bukhari)

20. Birrul walidain,

Dalilnya adalah hadits Nabi saw: “Sangat hina, sangat hina, sungguh sangat hina.” Ditanyakan, siapa ya Rasul? Beliau menjawab: “Seseorang yang menemukan kedua orang tuanya atau salah satunya di masa tua mereka kemudian dia tidak dapat masuk surga” (HR. Muslim)

21. Menolong para janda dan orang miskin,

Dalilnya adalah hadits Nabi saw: “Orang yang membantu janda dan orang miskin bagaikan orang yang berjihad fi sabilillah”. Perawinya berkata: Saya nilai beliau bersabda: “Bagaikan orang yang shalat malam tanpa istirahat dan seperti orang berpuasa tanpa berhenti” (HR. Bukhari)

22. Membiayai anak yatim,

Dalilnya adalah hadits Nabi saw: “Saya dan orang yang membiayai anak yatim di surga seperti ini (dengan menunjukkan dua jarinya yaitu telunjuk dan jari tengah) “ (HR. Bukhari)

23. Wudhu,

Dalilnya adalah hadits Nabi ra: “Barangsiapa yang berwudhu lalu menyempurnakannya maka akan berguguran dosa-dosa dari badannya hingga keluar dari bawah kuku-kukunya” (HR. Mulsim)

24. Mengucapkan syahadah setelah wudhu,

Dalilnya adalah hadits Nabi saw: “Barangsiapa berwudhu lalu menyempurnakan wudhunya lantas mengucapkan :

"Asyhadu anlaa ilaaha ilallaah wa asyhadu anaa Muhammadarrosuulullah."

Niscaya akan dibukakan baginya pintu-pintu surga, dia boleh masuk dari pintu mana saja yang dia suka” (HR. Muslim)

25. Menirukan ucapan mu’adzin,

Dalilnya adalah hadits Nabi saw: “Jika kalian mendengar adzan, maka tirukanlah ucapan mu-adzin”. (Muttafaq a’alaih) dalam riwayat Muslim, disebutkan dari Umar tentang keutamaan menirukan ucapan mu-adzin perkata kecuali bacaan “hayya ‘alas shalah dan hayya ‘alal falah” maka ucapkan: “Laa haula walaa quwwata illaa billaah”. 

“Barangsiapa yang setelah adzan mengucapkan doa berikut:

"Allahumma robahaddihiddakwatittaammaah wa shollaatil qoo-imah, aati syayidana Muhammadanil washiilata wal fadhiilah, wab 'at-hu maqoomammahmuudanilladzii wa 'addhah, innaka laa tuhliful mii'aadd"

maka dia berhak mendapatkan syafaatku pada hari kiamat” (HR. Bukhari)

26. Membangun Masjid,

Dalilnya adalah hadits Nabi saw: “Barangsiapa yang membangun sebuah masjid karena mengharap pahala dari Allah, maka Allah akan membangun untuknya bangunan seperti itu di surga” (HR. Bukhari)

27. Bersiwak,

Dalilnya adalah hadits Nabi saw: “Jika saja tidak memberatkan umatku, niscaya aku perintahkan mereka dengan menggunakan siwak pada setiap hendak shalat” (HR. Bukhari dan Muslim)

28. Berjalan menuju masjid,

Dalilnya adalah hadits Nabi saw: “Barangsiapa pergi ke masjid pada pagi atau sore hari, maka Allah menyediakan baginya sebuah rumah mewah di surga setiap dia pergi pagi dan sore hari” (HR. Bukhari dan Muslim)

Insya Allah Bersambung...


Team Syiar IHQ

Tuesday, May 19, 2015

Pesan Imam Syafii

Kata Imam asy-Syafi'i, Kebaikan itu ada dalam lima hal:

1. Hati yang selalu merasa cukup (ghinan nafs)
2. Menahan diri dari menyakiti orang lain
3. Mencari rizki yang halal
4. Bertakwa
5. Begitu yakin pada janji Allah.

Ibnul Qayyim berkata, Empat hal yang menghambat datangnya rizki adalah:

[1] tidur di waktu pagi
[2] sedikit sholat
[3] malas-malasan
[4] berkhianat.

(Zaadul Ma’ad, 4/378)

via @kajianislam
www.berdakwah.net

Saturday, May 9, 2015

Kisah khalifah Umar r.a & pemuda lusuh

Just share...Inilah True Story yang terjadi pada zaman kekhalifahan Umar bin Khattab.
Suatu hari Umar sedang duduk di bawah pohon kurma dekat Masjid Nabawi. Di sekelilingnya para sahabat sedang asyik berdiskusi sesuatu. Di kejauhan datanglah 3 orang pemuda. Dua pemuda memegangi seorang pemuda lusuh yang diapit oleh mereka
Ketika sudah berhadapan dengan Umar, kedua pemuda yang ternyata kakak beradik itu berkata,

"Tegakkanlah keadilan untuk kami, wahai Amirul Mukminin!" "Qishashlah pembunuh ayah kami sebagai had atas kejahatan pemuda ini!".
Umar segera bangkit dan berkata,

"Bertakwalah kepada Allah, benarkah engkau membunuh ayah mereka wahai anak muda?"
Pemuda lusuh itu menunduk sesal dan berkata, "Benar, wahai Amirul Mukminin."

"Ceritakanlah kepada kami kejadiannya.", tukas Umar.

Pemuda lusuh itu memulai ceritanya,
"Aku datang dari pedalaman yang jauh, kaumku memercayakan aku untuk suatu urusan muammalah untuk kuselesaikan di kota ini. Sesampainya aku, kuikat untaku pada sebuah pohon kurma lalu kutinggalkan dia. Begitu kembali, aku sangat terkejut melihat seorang laki-laki tua sedang menyembelih untaku, rupanya untaku terlepas dan merusak kebun yang menjadi milik laki-laki tua itu. Sungguh, aku sangat marah, segera kucabut pedangku dan kubunuh ia. Ternyata ia adalah ayah dari kedua pemuda ini."

"Wahai, Amirul Mukminin, kau telah mendengar ceritanya, kami bisa mendatangkan saksi untuk itu.", sambung pemuda yang ayahnya terbunuh.
"Tegakkanlah had Allah atasnya!" timpal yang lain.

Umar tertegun dan bimbang mendengar cerita si pemuda lusuh.
"Sesungguhnya yang kalian tuntut ini pemuda shalih lagi baik budinya. Dia membunuh ayah kalian karena khilaf kemarahan sesaat', ujarnya.
"Izinkan aku, meminta kalian berdua memaafkannya dan akulah yang akan membayarkan diyat atas kematian ayahmu", lanjut Umar.

"Maaf Amirul Mukminin," sergah kedua pemuda masih dengan mata marah menyala, "kami sangat menyayangi ayah kami, dan kami tidak akan ridha jika jiwa belum dibalas dengan jiwa".
Umar semakin bimbang, di hatinya telah tumbuh simpati kepada si pemuda lusuh yang dinilainya amanah, jujur dan bertanggung jawab.

Tiba-tiba si pemuda lusuh berkata,"Wahai Amirul Mukminin, tegakkanlah hukum Allah, laksanakanlah qishash atasku. Aku ridha dengan ketentuan Allah" ujarnya dengan tegas,
"Namun, izinkan aku menyelesaikan dulu urusan kaumku. Berilah aku tangguh 3 hari. Aku akan kembali untuk diqishash".
"Mana bisa begitu?", ujar kedua pemuda.

"Nak, tak punyakah kau kerabat atau kenalan untuk mengurus urusanmu?" tanya Umar.
"Sayangnya tidak ada Amirul Mukminin, bagaimana pendapatmu jika aku mati membawa hutang pertanggungjawaban kaumku bersamaku?" pemuda lusuh balik bertanya.
"Baik, aku akan meberimu waktu tiga hari. Tapi harus ada yang mau menjaminmu, agar kamu kembali untuk menepati janji." kata Umar.
"Aku tidak memiliki seorang kerabatpun di sini. Hanya Allah, hanya Allah lah penjaminku wahai orang-orang beriman", rajuknya.

Tiba-tiba dari belakang hadirin terdengar suara lantang, "Jadikan aku penjaminnya wahai Amirul Mukminin".
Ternyata Salman al Farisi yang berkata..
"Salman?" hardik Umar marah, "Kau belum mengenal pemuda ini,

Demi Allah, jangan main-main dengan urusan ini".
"Perkenalanku dengannya sama dengan perkenalanmu dengannya, ya Umar. Dan aku mempercayainya sebagaimana engkau percaya padanya", jawab Salman tenang.
Akhirnya dengan berat hati Umar mengizinkan Salman menjadi penjamin si pemuda lusuh.

Pemuda itu pun pergi mengurus urusannya.
Hari pertama berakhir tanpa ada tanda-tanda kedatangan si pemuda lusuh. Begitupun hari kedua.
Orang-orang mulai bertanya-tanya apakah si pemuda akan kembali. Karena mudah saja jika si pemuda itu menghilang ke negeri yang jauh.

Hari ketiga pun tiba. Orang-orang mulai meragukan kedatangan si pemuda, dan mereka mulai mengkhawatirkan nasib Salman. Salah satu sahabat Rasulullah saw yang paling utama.
Matahari hampir tenggelam, hari mulai berakhir, orang-orang berkumpul untuk menunggu kedatangan si pemuda lusuh. Umar berjalan mondar-mandir menunjukkan kegelisahannya. Kedua pemuda yang menjadi penggugat kecewa karena keingkaran janji si pemuda lusuh.
Akhirnya tiba waktunya penqishashan, Salman dengan tenang dan penuh ketawakkalan berjalan menuju tempat eksekusi. Hadirin mulai terisak, orang hebat seperti Salman akan dikorbankan.

Tiba-tiba di kejauhan ada sesosok bayangan berlari terseok-seok, jatuh, bangkit, kembali jatuh, lalu bangkit kembali.
"Itu dia!" teriak Umar, "Dia datang menepati janjinya!".
Dengan tubuh bersimbah peluh dan nafas tersengal-sengal, si pemuda itu ambruk di pangkuan Umar.
"Hh..hh.. maafkan.. maafkan.. aku.." ujarnya dengan susah payah, "Tak kukira.. urusan kaumku.. menyita..banyak.. waktu..".
"Kupacu.. tungganganku.. tanpa henti, hingga.. ia sekarat di gurun.. terpaksa.. kutinggalkan.. lalu aku berlari dari sana.."
"Demi Allah", ujar Umar menenanginya dan memberinya minum, "Mengapa kau susah payah kembali? Padahal kau bisa saja kabur dan menghilang?"

"Agar.. jangan sampai ada yang mengatakan.. di kalangan Muslimin.. tak ada lagi ksatria.. tepat janji.." jawab si pemuda lusuh sambil tersenyum.
Mata Umar berkaca-kaca, sambil menahan haru,
lalu ia bertanya, "Lalu kau Salman, mengapa mau-maunya kau menjamin orang yang baru saja kau kenal?"

"Agar jangan sampai dikatakan, di kalangan Muslimin, tidak ada lagi rasa saling percaya dan mau menanggung beban saudaranya", Salman menjawab dengan mantap.
Hadirin mulai banyak yang menahan tangis haru dengan kejadian itu.
"Allahu Akbar!" tiba-tiba kedua pemuda penggugat berteriak,
"Saksikanlah wahai kaum Muslimin, bahwa kami telah memaafkan saudara kami itu".
Semua orang tersentak kaget.
"Kalian.." ujar Umar, "Apa maksudnya ini? Mengapa kalian..?" Umar semakin haru.

"Agar jangan sampai dikatakan, di kalangan Muslimin tidak ada lagi orang yang mau memberi maaf dan sayang kepada saudaranya" ujar kedua pemuda membahana.
"Allahu Akbar!" teriak hadirin.
Pecahlah tangis bahagia, haru dan bangga oleh semua orang.

Begitupun kita disini, di saat ini..
sambil menyisipkan sebersit rasa iri karena tak bisa merasakannya langsung bersama saudara-saudara kita pada saat itu..

"Allaahu Akbar...". Laa Ilaa haa Illa Anta Subhaanaka innii kuntu minazhzzhaalimiin
[disingkat oleh WhatsApp]

Wednesday, April 29, 2015

Bangunlah dari Mimpimu, wahai si pemalas

BANGUNLAH DARI MIMPIMU WAHAI SI PEMALAS !!

June 14, 2013

By: UST. FIRANDA ANDIRJA حفظه الله تعالى

Al-Imam As-Syafi’i rahimahullah
berkata :

Ketinggian diraih berdasarkan ukuran kerja keras…
Barang siapa yang ingin meraih
puncak maka dia akan begadang

Barang siapa yang mengharap
ketinggian/ kemuliaan tanpa rasa letih… Maka sesungguhnya ia hanya menghabiskan usianya untuk meraih sesuatu yang mustahil…

Engkau mengharapkan kejayaan
lantas di malam hari hanya tidur aja??

Orang yang yang mencari mutiara harus menyelam di lautan…

Diantara kita ada yang berangan-angan dan berkata :

“Saya ingin bisa menjadi dermawan seperti si fulan…”,

“Saya ingin bisa menghafalkan al-Qur’an seperti si fulan…”,

“Saya ingin berilmu seperti syaikh/ustadz fulan…”,

“Saya ingin berhasil seperti si fulan…”

Akan tetapi jika hanya berkata dan berangan-angan tanpa usaha maka anak kecil berusia 3 atau 4 tahun pun bisa…, kalau hanya mimpi siapapun bisa.

Tapi yang tidak semuanya bisa adalah mewujudkan angan-angan dengan usaha maksimal serta semangat tinggi !!!

tentunya setelah disertai doa kepadaNya dan taufiq dariNya…

(Dari http://bbg-alilmu.com/archives/1943)

Musuh Islam & Pendidikan Peradaban

[ Hilman Rosyad Shihab: Silakan disimak & renungkan...

Dari milis sebelah, menarik untuk direnungkan.....

Tahun 90, usia saya masih 21, saya pernah kuliah dakwah di Ma'had AlHikmah, saat itu pendekatan dakwah para aktifis nyaris lebih banyak kpd pendekatan perlawanan konspirasi Yahudi, gerakan pemurtadan, ghozwulfikri dsbnya.

Belum lagi era Suharto ketika itu menutup mulut banyak aktifis dengan represif. Mengajipun harus sembunyi2. Suasananya terlihat tenang di permukaan namun bergejolak di bawah permukaan. Bagai api dalam sekam. Gairah muncul lebih banyak krn kemarahan bukan kecintaan.

Terbayang kah bila mulut dibungkam, sementara gairah Islam membuncah2, rasanya ingin meledak tak terbendung lagi, padahal saat itu bahkan ada pembantaian yang sama spt hari ini di Gaza, bahkan di Bosnia, Kashmir, Moro dstnya.

Di tengah gairah perlawanan itu, saya terkesan dan masih berkesan sampai hari ini, dengan pembahasan tafsir guru saya ust Hasib Hasan Lc ketika beliau membahas tafsir beberapa ayat awal Surat alBaqoroh. Kami rutin setiap pekan sekali membahas tafsir.

Ayatnya sederhana, sering kita dengar dan baca... namun maknanya ternyata mendalam

"...yukhodiunaLlah WA ladzina aamanu, wamaa yakhdauna ila anfusihim"

Mereka ingin menipu Allah dan orang2 yang beriman, dan tidaklah tipuan itu menipu kami kecuali kembali kepada diri mereka"

Ustadzuna Hasib Hasan Lc, mengatakan bahwa dalam ayat itu, Allah dan Orangberiman hanya dipisahkan oleh huruf "wa", ini menggambarkan betapa dekatnya hubungan keduanya.

Nah jika Allah dan orangberiman sangat dekat hubungannya, maka semua tipu daya siapapun akan berbalik ke diri mereka sendiri alias ga ngaruh!

Bertahun tahun kemudian, setelah Suharto lengser, Reformasi sdh berjalan 15 tahun lebih, ternyata kondisi ummat Islam masih sama saja. Musuh seolah semakin hebat, ummat semakin panik. Syiah yang sudah membagi2kan buku Khomeini dan videonya sejak tahun 80an, kini seolah muncul lagi bagai monster Godzilla yang lebih menakutkan, padahal bisa saja, bukan mereka yang membesar namun mungkin kitanya yang melemah.

Bertahun2 kemudian, saya kira ayat alBaqoroh di atas selalu relevan. Fokuslah dekat kepada Allah dalam semua aspeknya, jangan fokus pd musuhnya. Tipudaya musuh itu sungguh2 lemah.

Mengapa kita mudah panik, karena kita mungkin tidak dekat dengan Allah. Kebencian kita kpd makhluk mungkin menghalangi kedekatan kita kepada Allah

Waspada boleh, tetapi membesarkan musuh sampai keder, ya jangan, apalagi panik. Kekuasaan itu bukan di tangan rakyat dan bukan di tangan musuh, apalagi di tangan syiah tetapi di tangan Allah swt. Yakinlah. Ini yang mesti disadarkan dalam diri anak2 kita, bukan seolah2 malah membesar2kan musuh.

Jangan sampai kita sibuk membahas musuh, sementara pendidikan anak2 kita diserahkan pd lembaga, pd oranglain, pd yayasan, dsbnya dengan alasan tidak bisa mendidik sendiri.

Mengapa Mizan terlihat hebat, ya karena sejak tahun 80an mungkin belum ada penerbit Islam yang bisa sebesar Mizan, salah siapa? Kita masih sibuk mengutuki sejak tahun 80an, mereka sudah membuat banyak film, salah siapa? Kita masih menghalangi anak2 kita yang berbakat penulis, sutradara, seni teater dll, sementara kita kewalahan membendung film2 yang kita anggap bukan produk Islam.

Saya hanya mengingatkan bhw jika kebencian kita sampai menjadi obsesi dan masuk ke alam bawah sadar, ini akan terbawa ke rumah rumah kita, ke alam fikiran anak anak kita, ini lebih buruk dari Syiah itu sendiri. Itu menghambat tumbuhnya fitrah2 yg baik. Buatlah anak2 kita mencintai Allah, RasulNya dan kebenaran, maka kebathilan akan lenyap.

Mari kita fokus merawat dan menumbuhkan fitrah anak anak kita. Agar anak2 kita "sangat dekat" dengan Allah. Kedekatan tidak diukur dari jumlah ilmu agama, namun dari kecintaan dan kesadaran.

Siapapun yang fitrahnya lurus, dia dekat kepada Islam dan pasti mampu membedakan alhaq dan albathil. Seberapa hebatnya sih taqiyah dibanding kekuatan nurani yang berangkat dari fitrah keimanan yg tumbuh krn keridhaan dan kecintaan?
Siapapun yang fitrahnya menyimpang maka dia menjauh dari Islam, walau terlihat banyak amalnya.
Mari sibukkan memperbaiki internal ummat, membangun pendidikan generasi yang sesuai fitrah, maka kekuasaan akan Allah berikan dengan sendirinya.

Mari sibuk membuat pacuan kebaikan sendiri (surpetisi), bukan pacuan dengan agama lain (kompetisi). Jika dekat kpd Allah, maka kekuasaan itu otomatis diberikan kpd kaum Mukminin.

Nasehat SunZhu, kemenangan itu adalah menghantam titik lemah musuh dengan titik kekuatan kita.
Maka lontarkanlah alHaq, sehingga alBathil sirna. Maka fokuslah pd alHaq.

Salam Pendidikan Peradaban ����
#Jumadiltsani isnot April
ust Harry Santosa

Wednesday, April 1, 2015

Kisah Ysin hafidz cilik

SAAT TERLUKA, DO’A ANAK INI MEMBUAT KAMI SEMUA MENANGIS

Jum’at sore tgl 27 maret kami menyimak hafalannya, ia tengah menyetorkan juz terakhirnya. Hafalannya lancar, sangat lancar. Bagaikan air yang mengalir. Tenang dan tartil. Dan memang santri yang baru masuk ke usia 9 thn ini selalu lancar jika tasmi’.

Segenap santri, para musyrif dan peserta supermanzil yang menyimaknya larut dalam kekhusyuan. udara yang menyebar di dalam masjid begitu menenangkan. Semua hanyut dalam setiap ayat yang ia bacakan.

Teringat saat ia menjalani test penentuan ke supermanzil hasilnya mengecewakan. Ia jadi murung setelah itu, hanya keluar kamar saat menjelang adzan. Jika melihat saya maupun suami ia menghindar dan segera masuk asrama. Saat kebetulan berpapasan, kami menahannya. “ Yasin..apa yang membuat hasil test durasi kemarin tidak sukses. Padahal saat screening semua musyrif memujimu..”
“saya tegang ustadz” jawabnya lemah. Menunduk. Ia yakin tak lulus ke supermanzil. Saya melihat bekas jahitan panjang dilengannya. “Yasin…kami akan memberimu kesempatan, asal berjanji untuk berjuang habis-habisan disana”
“saya boleh ke supermanzil ustadz?” tanyanya lemah, masih menunduk. tak percaya diri.
“ya. Saya izinkan. Dengan syarat harus bekerja keras, Ok?”
“syukron ustadz” ia mencium tangan ust Irfan

Sebenarnya ditest penentuan ia gagal. Namun ust Irfan meluluskannya. karena jika ia tak lolos ke supermanzil, maka bukan hanya ia yang akan kecewa, segenap musyrifpun akan kecewa. Saya sendiripun tak rela jika ia tak lolos pada program super ini. Kami semua teringat pada sebuah kisah tentang dirinya….

Pada pertengahan September 2013, Al Hikmah Bogor menggelar Mukhoyyam Al Qur’an di Curug Naga, Megamendung, Bogor. Pagi sebelum sarapan, pd hari ketiga para santri menggelar acara badar game. Sebuah permainan perang-perangan utk melatih kemampuan strategi, kekompakan tim dan utk meningkatkan semangat jihad anak2.

Dlm permainan itu setiap anak diberi tugas oleh komandannya. Ada yg bertugas sbg spionase, ada bagian penyerangan, ada kelompok bertahan, dan ada yg bertugas sebagai pemegang bendera pasukan.

Misi kedua pasukan adalah merebut bendera musuh. Yg berhasil merebut bendera musuh berarti dia menang. Sebaliknya, yg benderanya terampas berarti kalah. Ahmad yasin yg merupakan peserta termuda ( 7 thn waktu itu) dlm game itu mendapat tugas sebagai pemegang bendera. Baru 15 menit, pasukan ahmad yasin menunjukan tanda2 kekalahan, kelompok penyerangnya berguguran, dan 10 menit kemudian hanya sedikit pasukan bertahan yg tersisa. Akibatnya, Ahmad yasin menjadi bulan-bulanan pasukan musuh. Ia dikepung dg ketat.

Singkat cerita, pd saat bendera yg dipegang Yasin direbut, anak2 – dan Yasin sendiri – tidak menyadari bahwa tiang bendera yg terbuat dr belahan bambu tersebut melukai lengan kanan Yasin. Yasin baru sadar tangannya terluka saat para perebut bendera berlalu, ia melihat darah segar membanjiri sekujur lengannya. Ia memanggil kakak seniornya“kakak saya berdarah”.

Saat para santri senior menghampiri, mereka panik krn luka yasin cukup besar, besar sekali. Bahkan tulangnya kelihatan jelas. Seorang musyrif serta merta menggendong dan berlari menuju posko. Jarak dr arena pertempuran ke posko cukup jauh, arahnya memanjak dan vertikal.

Saat dibawa kehadapan saya dan suami, yasin menangis “ Ummi..ustadz..jangan bilang ke orangtua saya. nanti mereka sedih”.
“Iya nak. Umi ga akan bilang siapa-siapa..yasin tenang saja ya nak..” saya lihat lukanya sangat besar. Tulangnya kelihatan. Putih. pangkal lengan sudah di ikat baju kaos santri. Namun darah masih mengalir begitu derasnya. Membasahi seluruh baju musyrif yang menggendongnya. Kami tak melihat yasin menangis, namun rintihannya melelehkan mata kami “Ya Alloh tolonglah…aku masih ingin menghafal….Ya Alloh tolongah..aku masih ingin menghafal.” Ia terus mengatakan itu sambil menahan pedih.

“tenang nak..Alloh akan menolongmu” kami semakin terisak. tak tahan dengan kata-katanya…semua membawa yasin ke atas. Menuju tempat parkir sambil menghiburnya, sebisa-bisanya. Setiap melihat saya, ia meminta dengan tangisan. ”umi tolong do’akan, aku masih ingin menyelesaikan hafalan qur’an”
“Ya Alloh..maafkan aku…tolonglah aku…aku masih ingin menghafa qur’an”. ia terus merintih

Yasin dibawa ke Bareskrim untuk mendapat pertolongan pertama, namun pihak bareskrim menyuruh agar Yasin segera dibawa ke Rumah sakit Ciawi yang peralatannya lebih memadai. dan disana mujahid kecil ini mendapat 14 jahitan. Luar dan dalam.

Sejak itu, putra bu Nuri ini menunaikan janjinya untuk bersungguh-sungguh menghafal Qur’an. Dan pada bulan maret ini Alloh membantunya, yasin mengkhatamkan hafalannya dalam program supermanzil.

Sore itu semua yang hadir menangis dan memeluknya, memberi penghargaan atas perjuangannya. Memberi pengakuan atas kerja kerasnya yang luar biasa. Menghafal siang malam tak kenal lelah. Demi cita-citanya…memberi mahkota pada kedua orangtuanya. semoga tekad, usaha dan kegigihannya dalam menyelesaikan hafalan Qu'an menjadi ibroh dan pemacu bagi kita-kita yang sudah dewasa.

Berbahagialah kedua orangtuanya, bunda Nuri dan Pak Rahmat. Krn anak sholeh yg begitu cinta Al-Qur’an adalah kekayaan yg tak bisa nilai dg seluruh dunia ini.

Copas dr akun FB Astri Hamidah

Wednesday, March 25, 2015

Khauf (aku takut)


Aku Takut
By: Rudianto Surbakti

Ya Allah, hidupku penuh ketakutan
Aku takut jika saat bertemu denganMu, aku termasuk golongan orang yang lalai
Aku jauh dari cinta dan kasih sayangMu, aku jauh dari ridhoMu
Kemudian Engkau berpaling dariku disebabkan dosa yang begitu besar

Aku Takut..
Jika malam ini aku terlelap, lalu esok hari aku tak bangun lagi
Ternyata malaikat maut datang menjemputku dalam keadaan jauh dari ridhoMu
Bukankah kematian itu pasti dan tak tahu kapan datangnya? (QS Al-Jumu’ah 8)

Aku Takut..
Jika dalam sholatku, aku lalai dari mengingatMu dan tidak merasakan kehadiranMu
Jika amalanku tersisipkan riya', beribadah bukan untukMu
Karena celakalah orang yang lalai dari sholat dan berbuat riya' (QS Al Maa'un : 4- 6)

Aku Takut..
Jika aku lalai mengingatkan anak-anakku untuk taat padaMu
Juga lalai membimbing Istriku untuk selalu menjaga diri dan mencari keridhoanMu
Karena aku punya kewajiban memelihara keluargaku dari api neraka (QS At Tahrim : 6)

Aku Takut..
Jika apa yang aku dan keluargaku makan, terselip harta riba, hak fakir miskin dan anak yatim
Atau karena hartaku dan semua yang aku usahakan belum aku keluarkan haknya
Karena Kau telah mengharamkan riba untuk kami (QS Al Baqarah : 275)
Dan Engkau membenci perbuatan memakan harta anak yatim (QS : An Nisaa : 2)

Namun, aku rindu..
Rindu kasih sayangMu, rindu syurgaMu, rindu KeridhoanMu
Jadikanlah ketakutan ini tetap ada, jika bisa membuatku dekat denganMu
Hiasilah rasa takut ini dengan ketaatan padaMu
Agar kelak rasa takut ini menjadikan kami sebagai hambaMu yang bertaqwa

Wednesday, March 11, 2015

Wasiat imam syafii kepada muridnya

Wasiat Emas Imam Asy-Syafi’i Kepada Muridnya…

Ustadz Muhammad Wasitho, Lc, MA حفظه الله تعالى

 

وعظ الشافعي تلميذه المزني فقال له: اتق الله, ومثل الآخرة في قلبك, واجعل الموت نصب عينك, ولا تنس موقفك بين يدي الله، وكن من الله على وجل، واجتنب محارمه, وأد فرائضه, وكن مع الحق حيث كان، ولا تستصغرن نعم الله عليك وإن قلت, وقابلها بالشكر, وليكن صمتك تفكراً، وكلامك ذكراً، ونظرك عبره، واستعذ بالله من النار بالتقوى .(مناقب الشافعي 2/294)

» Imam Asy-Syafi’i rahimahullah pernah memberikan beberapa nasehat yang sangat agung nan penuh hikmah kepada salah seorang muridnya yang bernama Al-Muzani rahimahullah dengan mengatakan kepadanya :

1. Bertakwalah engkau kepada Allah,

2. Gambarkan kehidupan AKHIRAT di dalam hatimu,

3. Jadikan kematian ada di depan matamu,

4. Janganlah lupa bahwa engkau akan berdiri di hadapan Allah ‘azza wajalla,

5. Takutlah engkau kepada Allah,

6. Jauhilah larangan-larangan-Nya,

7. Tunaikanlah apa-apa yang Dia wajibkan atasmu,

8. Ikutilah KEBENARAN kapan dan dimana pun engkau berada,

9. Janganlah engkau meremehkan nikmat-nikmat Allah yang dilimpahkan kepadamu meskipun sedikit. Tetapi,

10. Sikapilah nikmat-nikmat tersebut dengan bersyukur kepada-Nya,

11. Hendaknya engkau jadikan diammu untuk berfikir, ucapanmu sebagai dzikir, dan pandanganmu kepada sesuatu untuk mengambil pelajaran darinya.

12. Dan hendaknya engkau memohon perlindungan kepada Allah dari siksa api neraka dengan selalu bertakwa kepada-Nya.”

(Lihat Manaaqibu Asy-Syafi’i II/294).

Semoga kita semua dapat mengamalkannya dengan istiqomah hingga akhir hayat.

آمِيْنَ يَارَبَّ الْعَالَمِيْنَ (155)

 

[Diambil dari http://bbg-alilmu.com/archives/12303]

Monday, March 2, 2015

Bhakti seorang anak

# Bakti Seorang Anak Kepada Ibunya yang Memiliki Keterbelakangan Mental

Oleh‬ : Syaikh Mamduh Farhan al-Buhairy

Salah seorang dokter bercerita tentang kisah sangat menyentuh yang pernah dialaminya…
Hingga aku tidak dapat menahan diri saat mendengarnya…
Aku pun menangis karena tersentuh kisah tersebut…

Dokter itu memulai ceritanya dengan mengatakan :“Suatu hari, masuklah seorang wanita lanjut usiake ruang praktek saya di sebuah Rumah Sakit.

Wanita itu ditemani seorang pemuda yang usianya sekitar 30 tahun. Saya perhatikan pemuda itu memberikan perhatian yang lebih kepada wanita tersebut dengan memegang tangannya, memperbaiki pakaiannya, dan memberikan makanan serta minuman padanya…

Setelah saya menanyainya seputar masalah kesehatan dan memintanya untuk diperiksa, saya bertanya pada pemuda itu tentang kondisi akalnya, karena saya dapati bahwa perilaku dan jawaban wanita tersebut tidak sesuai dengan pertanyaan yang ku ajukan.

Pemuda itu menjawab :“Dia ibuku, dan memiliki keterbelakangan mental sejak aku lahir”

Keingintahuanku mendorongku untuk bertanya lagi : “Siapa yang merawatnya?”Ia menjawab : “Aku”

Aku bertanya lagi : “Lalu siapa yang memandikan dan mencuci pakaiannya?”

Ia menjawab : “Aku suruh ia masuk ke kamar mandi dan membawakan baju untuknya serta menantinya hingga ia selesai. Aku yang melipat dan menyusun bajunya di lemari. Aku masukkanpakaiannya yang kotor ke dalam mesin cuci dan membelikannya pakaian yang dibutuhkannya”

Aku bertanya : “Mengapa engkau tidak mencarikan untuknya pembantu?”

Ia menjawab : “Karena ibuku tidak bisa melakukan apa-apa dan seperti anak kecil, aku khawatir pembantu tidak memperhatikannya dengan baik dan tidak dapat memahaminya, sementara aku sangat paham dengan ibuku”

Aku terperangah dengan jawabannya dan baktinya yang begitu besar..

Aku pun bertanya : “Apakah engkau sudah beristri?”

Ia menjawab : “Alhamdulillah,aku sudah beristri dan punya beberapa anak”

Aku berkomentar : “Kalau begitu berarti istrimu juga ikut merawat ibumu?”

Ia menjawab : “Istriku membantu semampunya,dia yang memasak dan menyuguhkannya kepada ibuku. Aku telah mendatangkan pembantu untuk istriku agar dapat membantu pekerjaannya. Akan tetapi aku berusaha selalu untuk makan bersama ibuku supaya dapat mengontrol kadar gulanya”

Aku Tanya : “Memangnya ibumu juga terkena penyakit Gula?”

Ia menjawab : “Ya, (tapi tetap saja) Alhamdulillah atas segalanya”

Aku semakin takjub dengan pemuda ini dan aku berusaha menahan air mataku…

Aku mencuri pandang pada kuku tangan wanita itu, dan aku dapati kukunya pendek dan bersih.
Aku bertanya lagi : “Siapa yang memotong kuku-kukunya?”

Ia menjawab : “Aku. Dokter, ibuku tidak dapat melakukan apa-apa”

Tiba-tiba sang ibu memandang putranya dan bertanya seperti anak kecil : “Kapan engkau akan membelikan untukku kentang?”

Ia menjawab : “Tenanglah ibu, sekarang kita akan pergi ke kedai”

Ibunya meloncat-loncat karena kegirangan dan berkata : “Sekarang…sekarang!”

Pemuda itu menoleh kepadaku dan berkata : “Demi Allah, kebahagiaanku melihat ibuku gembira lebih besar dari kebahagiaanku melihatanak-anakku gembira…”

Aku sangat tersentuh dengan kata-katanya…

dan aku pun pura-pura melihat ke lembaran data ibunya.Lalu aku bertanya lagi : “Apakah Anda punya saudara?”

Ia menjawab : “Aku putranya semata wayang, karena ayahku menceraikannya sebulan setelah pernikahan mereka”

Aku bertanya : “Jadi Anda dirawat ayah?”

Ia menjawab : “Tidak, tapi nenek yang merawatku dan ibuku. Nenek telah meninggal – semoga Allah subhanahu wa ta’ala merahmatinya – saat aku berusia 10 tahun”

Aku bertanya : “Apakah ibumu merawatmu saat Anda sakit, atau ingatkah Anda bahwa ibu pernah memperhatikan Anda? Atau dia ikut bahagia atas kebahagiaan Anda, atau sedih karena kesedihan Anda?”

Ia menjawab : “Dokter…sejak aku lahir ibu tidak mengerti apa-apa…kasihandia…dan aku sudah merawatnya sejak usiaku 10 tahun”

Aku pun menuliskan resep serta menjelaskannya…

Ia memegang tangan ibunya dan berkata : “Marikita ke kedai..”

Ibunya menjawab : “Tidak, aku sekarang mau ke Makkah saja!”

Aku heran mendengar ucapan ibu tersebut…

Maka aku bertanya padanya : “Mengapa ibu ingin pergi ke Makkah?”

Ibu itu menjawab dengan girang : “Agar aku bisa naik pesawat!”

Aku pun bertanya pada putranya : “
Apakah Anda akan benar-benar membawanya ke Makkah?”

Ia menjawab : “Tentu…aku akan mengusahakan berangkat kesana akhir pekan ini”

Aku katakan pada pemuda itu : “Tidak ada kewajiban umrah bagi ibu Anda…lalu mengapa Anda membawanya ke Makkah?”

Ia menjawab : “Mungkin saja kebahagiaan yang ia rasakan saat aku membawanya ke Makkah akan membuat pahalaku lebih besar daripada aku pergi umrah tanpa membawanya”.

Lalu pemuda dan ibunya itu meninggalkan tempat praktekku.

Aku pun segera meminta pada perawat agar keluar dari ruanganku dengan alasan aku ingin istirahat…
Padahal sebenarnya aku tidak tahan lagi menahan tangis haru…

Aku pun menangis sejadi-jadinya menumpahkan seluruh yang ada dalam hatiku…

Aku berkata dalam diriku :
“Begitu berbaktinya pemuda itu, padahal ibunya tidak pernah menjadi ibu sepenuhnya…
Ia hanya mengandung dan melahirkan pemuda itu…

Ibunya tidak pernah merawatnya…
Tidak pernah mendekap dan membelainya penuh kasih sayang…
Tidak pernah menyuapinya ketika masih kecil…
Tidak pernah begadang malam…
Tidak pernah mengajarinya…
Tidak pernah sedih karenanya…
Tidak pernah menangis untuknya…
Tidak pernah tertawa melihat kelucuannya…
Tidak pernah terganggu tidurnya disebabkan khawatir pada putranya…
Tidak pernah….dan tidak pernah…!
Walaupun demikian…
pemuda itu berbakti sepenuhnya pada sang ibu”.

Apakah kita akan berbakti pada ibu-ibu kita yang kondisinya sehat….seperti bakti pemuda itu pada ibunya yang memiliki keterbelakangan mental???.

*repost

Thursday, February 26, 2015

Belajar dari Abdullah bin Ummi Maktum

Antara Dia dan Kita

Lelaki renta itu,
dengan kehalusan hatinya ingin ber-Islam
menjadi sebab turunnya ayat.
‘Abasa watawalla', Rasul pun ditegur Allah karenanya.
seorang miskin lagi buta,
bukan berarti tak lebih utama
dari para pemuka negara

Lelaki renta itu,
pernah minta keringanan
untuk tidak ikut sholat berjamaah di masjid
karena dia buta
karena dia sebatang kara
karena masjid jauh sekali dari rumahnya
tapi tanya Rasul, “Apakah engkau masih mendengar adzan?”
saat dijawabnya masih, maka kata Rasul, “Kalau begitu, berangkatlah”

lalu, tunduk patuh ia pada perintah
sekali pun tak pernah ia sanggah
tiap sholat lima waktu sholat berjamaah

meski fajar masih pekat
dan jarak masjid tak dekat,
ia meraba-raba  dalam gelap
hingga suatu saat, kakinya tersandung bongkahan batu
badannya terjerembab jatuh,
mukanya tersungkur di runcingnya batu
berdarah-darah…

setelahnya,
selalu datang seorang lelaki
menuntunnya dengan ramah
pergi dan pulang sholat berjamaah
setiap hari, setiap lima waktu

hingga suatu saat
lelaki tua ingin sekali tahu
siapa gerangan lelaki penolongnya itu
karena ingin ia doakan
atas kebajikannya selama ini

tapi kata lelaki muda
“Jangan sekali-kali kau doakan aku
dan jangan sekali-kali kau ingin tahu namaku
karena aku adalah iblis”

sontak lelaki renta itu terkejut,
“Bagaimana mungkin engkau menuntunku ke masjid,
sedangkan dirimu menghalangi manusia untuk mengerjakan sholat?”

Iblis menjawab,
“Ingatkah dulu saat kau hendak sholat subuh berjamaah,
kau tersandung batu, lalu bongkahannya melukai wajahmu?
Pada saat itu aku mendengar ucapan Malaikat,
bahwa Allah telah mengampuni setengah dosamu.
Aku takut kalau engkau tersandung lagi,
lalu Allah menghapuskan setengah dosamu yang lain.
Maka aku selalu menuntunmu ke masjid
dan mengantarkanmu pulang.”

Lalu, saat tubuh itu merenta
makin menua dimakan usia
datang seruan perang Qaddisiyah

Sang khalifah Umar mengumpulkan segenap lelaki
dari seluruh penjuru negri
terselip ia, berbaris bersama
ingin sekali ikut berperang di medan laga
demi cita-cita mulia

Khalifah Umar melarangnya
bagaimana seorang buta lagi renta, akan ikut berperang?
bagaimana jika dia langsung celaka terkena tombak?
atau justru mencelakai temannya karena tak mampu mengenali sesiapa?

Tapi, lelaki tua itu bersikukuh,
“Tempatkan aku di  antara dua pasukan yang berperang
Aku akan membawa panji kemenangan
Aku akan memegangnya erat-erat untuk kalian.
Aku buta, karena itu aku pasti tak akan lari”
Khalifah, tak lagi mampu menghalangi

Lalu semuanya, berangkatlah
lekaki tua itu ingin menepati janjinya
dengan baju besi yang dikenakannya
dan bendera besar yang dibawanya
dia berjanji akan mengibarkannya senantiasa,
atau mati terkapar di sampingnya

lewat pertempuran Qaddisiyah
Persia yang congak pun kalah
tapi kemengangan itu tak murah
dibayar dengan nyawa ratusan syuhada
terselip di antara mereka
jenazah lelaki tua
terkapar berlumuran darah
sambil memeluk erat sebuah bendera
sungguh, dia telah menepati janjinya

wahai lelaki mulia,
sesak dadaku membaca kisah hidupmu
menyungai sudut mataku mengenangmu
engkau buta, sebatangkara dan renta
tapi itu tak membuatmu pasrah dan diam
meski udzur telah membolehkanmu.
untuk tak kemana-mana, di rumah saja

Lalu, bagaimana dengan diriku ini?
aku masih muda,
aku bukan fuqara
aku tak buta
jua tak sebatangkara
tapi kenapa,
sering sekali ada alasan mendera
untuk tak bersegera?

Lelaki sepertimu,
dengan segala keterbatasan
terus mencari-cari alasan
agar mampu mengambil peran

sedang aku, kita
dengan segala kemudahan
sering mencari-cari alasan
agar boleh tak ikut berperan

Lalu, dengan apa
akan kita buktikan
bahwa kita ini Islam?

~Belajar darinya, Abdullah bin Ummi Maktum

Wednesday, February 25, 2015

Bersyukur yang menerus

Hidup itu tidak seperti jalan tol. Lurus dan mulus tanpa kelokan.
#
Hidup itu seperti kita berjalan menuju puncak. Berliku liku, kadang menemui kelokan yang runcing dan bisa jatuh ke jurang bila tidak berhati hati.
#

Namun, ketika kita berjalan menuju puncak. Disekitarnya banyak kita temui keindahan panorama alam yang menyejukan mata.
#
Itulah hidup. Bagi siapa yang terlalu asik menikmati dan mengharapkan keindahan. Maka akan jatuh ke jurang. Karna sejatinya segalanya hanyalah keindahan yang semu.
#

Keindahan sejati yang dapat kita nikmati, ketika kita berhasil mencapai tujuan keatas puncak dengan tidak melupakan keindahan yang telah Allah beri berupa "Syukur" .
#

Berapa banyak diantara kita lupa akan nikmat Allah. Ketika Allah beri kemudahan Hidayah, kita lupa mengamalkannya dan berbagi pada mereka yang masih berjalan pada kegelapan.
#

Berapa banyak diantara kita lupa akan nikmat Allah. Ketika Allah beri kemurahan Rejeki, kita lupa memberi kepada sesama.
#

Berapa banyak diantara kita lupa akan nikmat Allah, ketika Allah beri pasangan yang Baik, kita masih mengharap pada yang lain, yang terlihat indah dimata padahal buruk.
#

Hidup itu ujian. Bila kita tidak pandai mensyukuri segala nikmatNya. Maka hancurlah kita dalam jurang "penyesalan". #

Syukurilah segala ketetapanNya. Entah itu baik atau buruk. Itu semua sudah kehendakNya.
#

Ketika Allah beri ujian sakit, Allah ingin kita lebih menjaga diri.
Ketika Allah beri ujian nikmat, Allah ingin kita lebih banyak bersyukur dan memberi.
#
Manusia terkadang dapat lolos dari ujian kesulitan. Dan sedikit yang berhasil melalui ujian berupa kenikmatan.
#

Syukurilah segala apa yang sudah Allah beri. Sekalipun pahit bagi kita. Tapi bahagialah bila ternyata Allah ridho dengan itu.

Repost dari ig @likeislam

Tuesday, February 24, 2015

Anak itu bernama Salim

Suatu hari, teman-temanku yang shalih menetapkan diri melakukan safar untuk berdakwah. Aku ragu-ragu untuk pergi. Aku melakukan istikharah dan bermusyawarah dengan istri. Aku merasa dia akan menolak keinginanku. Akan tetapi ternyata sebaliknya, ia menyetujui keinginanku! Aku sangat bahagia, bahkan ia memotivasiku. Dia telah melihat masa laluku, dimana aku melakukan safar tanpa musyawarah dengannya sebagai bentuk kefasiqan dan perbuatan jahat.

Aku menghadap ke arah Salim. Aku mengabarinya jika aku hendak melakukan safar. Maka dia memegangku dengan kedua tangannya yang masih kecil sebagai ungkapan selamat jalan.

Aku telah meninggalkan rumahku lebih dari satu bulan. Selama itu, aku masih senantiasa menghubungi istriku dan juga berbicara kepada anak-anakku selama ada kesempatan. Aku sangat rindu kepada mereka. Ah, betapa rindunya aku kepada Salim. Aku sangat ingin mendengarkan suaranya. Dialah satu-satunya yang belum berbicara denganku semenjak aku melakukan safar. Bisa jadi karena dia berada di sekolah, bisa juga dia berada di masjid ketika aku menghubungi mereka.

Setiap kali aku berbicara dengan istriku perihal kerinduanku padanya (Salim), maka ia tertawa suka cita dan bahagia. Kecuali kali terakhir aku meneleponnya, aku tidak mendengar tawanya seperti biasa, suaranya berubah.

Aku berkata kepadanya: “Sampaikan salamku kepada Salim.” Istriku menjawab: “Insya Allah…!” Kemudian ia terdiam.

Terakhir, aku pun kembali ke rumah. Aku ketuk pintu. Aku berangan-angan jika Salim yang akan membukakan pintu itu. Akan tetapi, aku mendapati anakku Khalid yang usianya belum sampai 4 tahun membukakan pintu. Aku gendong dia, dan dia berteriak-teriak: “Baba…baba…”

Aku tidak tahu kenapa dadaku berdebar ketika memasuki rumah.

Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk.

Istriku menyambutku. Wajahnya mulai berubah, seolah-olah kebahagiaannya dibuat-buat.

Aku perhatikan ia baik-baik kemudian aku bertanya: “Ada apa denganmu?”

Ia berkata: “Tidak apa-apa.”

Tiba-tiba aku teringat Salim, maka aku berkata: “Dimana Salim.”

Istriku menundukkan wajahnya dan tidak menjawab. Airmata yang masih hangat menetes di pipinya.

Aku berteriak, “Salim…! Di mana Salim?”

Aku mendengar suara anakku Khalid yang hanya bisa mengatakan: “Baba…”

“Salim telah melihat surga,” kata istriku.

Istriku tidak kuasa dengan situasi ketika itu. Ia hendak menangis, hampir saja ia pingsan. Maka kemudian aku keluar dari kamar.

Aku tahu setelah itu, bahwa Salim terserang panas yang sangat tinggi beberapa hari sebelum kedatanganku. Istriku telah membawanya ke rumah sakit, ketika tiba disana maka ia menghembuskan nafas terakhir. Ruhnya telah meninggalkan jasadnya.

Aku mengira, anda semua wahai para pembaca akan menangis, dan air mata anda akan mengalir sebagaimana air mata kami juga mengalir. Anda akan tersentuh sebagaimana kami juga tersentuh. Aku berharap Anda semua tidak lupa untuk mendoakan Salim, lebih khusus lagi bagi ibunya yang tetap teguh menjalankan tugasnya walaupun suaminya pergi. Jadilah ibu tersebut seperti perusahaan sebenarnya yang menghasilkan kaum laki-laki yang kuat. Semoga Allah membalas amal kebaikannya.

(Pelaku dari kisah ini termasuk diantara dai yang ternama dan terkenal. Ia memiliki banyak rekaman, ceramah dan tulisan. Sumber diambil dari kisah yang berjudul “Allah Azza wa Jalla memberi hidayah kepada siapa yang Ia kehendaki”, majalah Qiblati edisi 02 thn VII).

Diposting oleh Abu Fahd Negara Tauhid

(Dari https://gizanherbal.wordpress.com/2011/12/05/anak-cacat-itu-bernama-salim/)

Thursday, February 19, 2015

Berguru dari Masa Lalu


Berguru dari Masa Lalu
Oleh: Rochma Yulika

Kemarin adalah sejarah
Hari ini adalah anugerah
Esok berharap hadirnya berkah

Kemarin jadi tempat berkaca
Hari ini sebuah realita
Esok hari bagian dari asa

Kemarin bisa jadi bahan cerita
Hari ini isi dengan semangat membara
Dan esok berkarya untuk umat dan agama

Kemarin bisa jadi pelajaran
Hari ini kerja keras kita jadikan kawan
Dan esok jangan tinggalkan doa dan harapan

Sahabat Surgaku...
Belajar dari peristiwa yang berlalu untuk menjadikan kita lebih waspada adalah kemestian. Terkadang kita hanya mampu sekedar menyesali yang sudah terjadi, tak mencoba mengambil hikmah dan memahami. 

Sahabat surgaku...
Apa yang berlalu bisa kita jadikan guru. Apa yang terlewat bisa kita jadikan nasihat. Harapan yang hancur janganlah buat kita kendur. Harapan yang pupus jangan buat kita makin terjerumus.
Saat-saat sulit itu merupakan kesempatan bagi kita untuk belajar secara langsung dalam sekolah kehidupan ini.

Sesungguhnya orang-orang yang berakal hanya menjadikan masa lalu sebagai pelajaran yang sangat berharga untuk tapak langkahnya ke depan.

Lihat terus ke depan karena ia bagian dari rancangan tuk kesuksesan. Masa depan tidak hanya ada dalam angan-angan namun masa depan akan ada dalam genggaman.

Dalam Quran Surat Muhammad : 25 dikatakan, sesungguhnya orang-orang yang kembali ke belakang (kepada kekafiran) sesudah petunjuk itu jelas bagi mereka, syaitan telah menjadikan mereka mudah (berbuat dosa) dan memanjangkan angan-angan mereka.

Wallahu musta'an

Divisi Tarqiyah Imaniyah PSDM ODOJ
DTI-OD/11/19/02/2015
oaseodoj@gmail.com

Friday, January 30, 2015

Memaafkan ketika Disakiti

Di saat ada orang lain yang memaki anda, biasanya anda terpancing untuk balas memakinya. Disaat anda orang yang mlengos di depan anda, andapun biasanya membalasnya dengan yang serupa atau bahkan lebih keras dari yang dia lakukan. Di saat anda orang yang memusuhi anda, menjelek-jelekkan anda, biasanya anda tergoda untuk melakukan hal yang serupa atau bahkan lebih.

Namun pernahkan terbetik di hati anda rasa iba kepada orang yang berbuat jahat kepada anda tersebut? Pernahkah anda berkeinginan untuk memberinya hadiah krn dia telah menghina, memaki, memusuhi anda?

Alih-alih hadiah, sekedar mengucapkan salam ketika berjumpa dengannya, atau mungkin berkunjung ke rumahnya saja mungkin terlalu berat untuk anda lakukan. Karena itu wajar bila kondisi buruk ini terus berkepanjangan bahwa terwariskan kepada anak cucu kita.

Saudaraku, simaklah kiat manjur berikut agar kondisi negatif di atas dapat berubah menjadi positif secepatnya.

وَلَا تَسْتَوِي الْحَسَنَةُ وَلَا السَّيِّئَةُ ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ

“Tentu tidaklah sama antara kebajikan dengan kejahatan. Balaslah dengan cara- cara yang lebih baik, niscaya dalam sekejap antara dirimu dan orang yang memusuhimu akan terjalin hubungan baik, seakan-akan dia adalah pembelamu yang paling setia” (QS. Fusshilat: 34).

Memang terasa berat, dimusuhi malah memaafkan bahkan memberinya hadiah. Di plengosi malah tersenyum dan mengucapkan salam kepadanya. Namun percayalah bahwa sejatinya itu tidaklah sulit bila kita memiliki jiwa yang besar hati yang lebar. Adanya rasa berat, sejatinya adalah bukti betapa kerdilnya jiwa kita. Karena itu setelah ayat di atas Allah berfirman :

وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا الَّذِينَ صَبَرُوا وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا ذُو حَظٍّ عَظِيمٍ

“Sikap itu tidaklah dikaruniakan kecuali kepada orang-orang yang bersabar dan tidaklah dikaruniakan kecuali kepada orang- orang yang dapat keberuntungan besar” ( QS. Fusshilat: 35).

Marilah kita belajar menjadi orang-orang yang berjiwa besar, walau tubuh kita kecil, agar kita beruntung besar.

Penulis: Ustadz DR. Muhammad Arifin Baderi, Lc., MA.

Artikel Muslim.Or.Id

Tuesday, January 20, 2015

Isi Hati dan Baik Sangka

(1) Kita tidak bisa membaca hati manusia, apalagi hanya dari dunia maya.

(2) Belum tentu orang yang menuliskan rutinitas amalnya adalah riya’. Bisa jadi ia berniat menyemangati kawannya.

(3) Belum tentu orang yang mengabarkan rizqi yang diterimanya adalah berbangga-bangga dengan harta. Bisa jadi, ia ingin mensyiarkan syukur atas karunia-Nya.

(4) Isi hati adalah misteri, maka baik sangka lebih terpuji.

(5) Mereka yang menuliskan pengalamannya di socialmedia, belum tentu ingin menjadi selebritis dunia maya. Bisa jadi ada inspirasi yang hendak dibagikannya.

(6) Mereka yang mengabarkan sedang mengisi kultum entah di mana, belum tentu ingin dipuji amal dakwahnya. Bisa jadi ia ingin memberi harapan pada rekannya, bahwa di sana dakwah masih menyala.

(7) Isi hati adalah misteri, maka baik sangka lebih terpuji.

(8) Mereka yang menyampaikan secuplik ilmu yang diketahuinya, belum tentu ingin diakui banyak ilmunya. Bisa jadi ia terpanggil untuk menyampaikan sedikit yang ia punya.

(9) Mereka yang gemar mengkritisi kekeliruan yang dilihatnya, belum tentu merasa dirinya paling benar sedunia. Bisa jadi, itu karena ia sungguh mencintai saudaranya.

(10) Isi hati adalah misteri, maka baik sangka lebih terpuji.

(11) Mereka yang gemar menuliskan apapun yang dipikirkannya, belum tentu ingin diakui sebagai perenung berwibawa. Bisa jadi, ia adalah pelupa, dan mudah ingat dengan membagikannya.

(12) Mereka yang selalu merespon apa yang dilihatnya, belum tentu ingin eksis di dunia maya. Bisa jadi ia memang senang berbagi yang dia punya.

(13) Isi hati adalah misteri, maka baik sangka lebih terpuji.

(14) Tapi baik sangka, tak berarti membiarkan kawan-kawan melakukan sesuatu yang nampak keliru di mata kita.

(15) Baik sangka, harus disertai dengan saling mengingatkan agar tidak tergelincir niatnya, agar tidak terhapus pahala amalnya.

(16) Isi hati adalah misteri. Namun apa yang nampak keliru di mata kita, di situlah tugas kita untuk meluruskannya. Sebab kita saudara.

(17) Baik sangka itu menentramkan. Namun, saling mengingatkan juga merupakan kebutuhan.

(18) Baik sangka itu indah, tapi bukan berarti membiarkan saudara terlihat salah.

(19) Baik sangka, dan nasihat-nasihati adalah kewajiban sesama muslim.

(20) Semoga kita bisa senantiasa belajar bersama. Salam ukhuwah islamiyah

#repost

Monday, January 19, 2015

Berjuang dalam Kebaikan


Berjuang dalam jamaah kebaikan itu menyenangkan apalagi didalamnya ada ruh-ruh kebaikan yang memompanya disetiap penjuru.

Namun dari semangat-semangat kebaikan yang kita tebarkan itu, perlu kita waspadai ada virus-virus yang menyusup dalam amal sholeh kita.
Ya virus itu adalah niat kita, ya niat kita ... !!!

Saudaraku ...
kita berjuang bukan ingin dipuji dan disanjung bak pahlawan yang namanya harum tercetak dalam sejarah. Karena jika niat kita sudah melenceng maka sejatinya kita sedang mengumpulkan bahan bakar kita sendiri. Naudzubillah..

kita berjuang bukan hanya sekedar ingin memperbaiki akhlak atau memiliki peran kebaikan dalam sebuah negara, melainkan kita ingin berjuang untuk kebenaran Islam yang haq dan perjuangan itu menjadi jembatan syurga yang kita impikan.

Biarlah sebagian mereka melemparkan cacian dan hujatan diatas kebenaran yang menjadi pilihanmu,
Tangkaplah cacian dan hujatan itu menjadi kumpulan puing-puing yang mampu meringankan timbangan dosa- dosa kita.

Tetaplah berjuang dijalan Allah dengan jamaah ini dan pastikan bahwa kita berjuang karena Allah agar amal sholeh kita tidak sia-sia..

Wallahu a'lam bishowab.

Akso Diana - Div. Training Motivasi ODOJ

Thursday, January 15, 2015

Satu jam saja

   1 jam saja ✽«̶⌣ 
       ~~~~~~~~~~~~
• Seorang anak bertanya pada ibunya : "Bu, apakah kita bisa hidup tanpa berbuat salah 'Selama Hidup' kita?" 
» Ibunya menjawab, 
"Ya tidak bisa, Nak." 

• Sang anak bertanya lagi, 
"Apa kita bisa hidup tanpa berbuat salah dalam 'Setahun'?" 
». Sambil tersenyum, ibunya menggelengkan kepala seraya berkata, 
"Tidak bisa juga, Nak." 

• Anak pun masih bertanya kembali, 
"Apa kita bisa hidup dalam '1 Bulan' tanpa melakukan kesalahan?" 
»  Ibunya tertawa sambil menjawab, 
"Tak bisa juga, Nak." 

• Anaknya masih ingin bertanya lagi, 
"Ini yang terakhir, Ibu. Apakah kita bisa hidup tanpa berbuat salah 'Dalam 1 jam'?" 
» Akhirnya ibunya mengangguk dan berkata, 
"Kemungkinan bisa, Nak." 

Sang anak langsung berkata, 
"Jika begitu, aku akan belajar 
     ~~~~~~~~~~~~~
          'Hidup Benar' 
       dari Jam ke Jam." 
     ~~~~~~~~~~~~~
. Dari latihan yang 'Kecil & Sederhana', akan menjadi 'Terbiasa'. 
. Apa yang sudah 'Terbiasa', akan menjadi 'Sifat'. 
. 'Sifat' akan menjadi 'Karakter'.
. Maka kita akan tampil sebagai pribadi yang punya 'Karakter'.

• Hiduplah 1 jam TANPA : 
- Marah - Hati Jahat - Pikiran Negatif - Menjelekkan Orang lain - Serakah - Benci - Sombong - Egois - Iri Hati 

• Hiduplah 1 jam DENGAN : 
- Kasih - Sukacita - Damai - Sabar - Lemah Lembut - Murah Hati - Rendah Hati - Pengendalian Diri 

• Ulangilah selama 1 jam berikutnya, dan 1 jam seterusnya.... Setiap Hari!

        Selamat Mencoba! 
     ~~~~~~~~~~~~~~~~
       Mulailah dari 1 jam !
     ~~~~~~~~~~~~~~~~
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~